Sekolah Didorong Jadi Garda Terdepan Pelestarian Bahasa Daerah di Kotim

<p>Pelepasan 15 pelajar yang akan mewakili Kotim pada FTBI tingkat Provinsi Kalimantan Tengah yang digelar pada 3–5 November 2025. (Foto: Ist)</p>
Pelepasan 15 pelajar yang akan mewakili Kotim pada FTBI tingkat Provinsi Kalimantan Tengah yang digelar pada 3–5 November 2025. (Foto: Ist)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mendorong seluruh sekolah menjadi garda terdepan dalam menjaga dan melestarikan bahasa daerah. Upaya ini disampaikan Kepala Disdik Kotim, Muhammad Irfansyah, saat melepas 15 pelajar yang akan mewakili Kotim pada Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Provinsi Kalimantan Tengah yang digelar pada 3–5 November 2025.

Menurut Irfansyah, sekolah memiliki peran strategis dalam menanamkan kecintaan terhadap bahasa daerah sejak dini. Melalui kegiatan seperti FTBI, peserta didik tidak hanya berkompetisi, tetapi juga belajar mengenal dan bangga menggunakan bahasa ibu mereka.

“Kami ingin agar sekolah menjadi pusat pelestarian bahasa daerah. Anak-anak perlu dibiasakan menggunakan bahasa daerah, khususnya bahasa Sampit, agar tidak hilang di generasi berikutnya,” ujar Irfansyah, Minggu (2/11/2025).

Ia menekankan bahwa pelestarian bahasa daerah merupakan bagian dari pembentukan karakter dan identitas budaya bangsa. Karena itu, setiap guru diharapkan mampu mengintegrasikan pembelajaran bahasa daerah ke dalam kegiatan sekolah secara kreatif.

“Bahasa daerah bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga jati diri. Tugas kita memastikan bahasa daerah tetap hidup dan digunakan dalam keseharian siswa,” tambahnya.

Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 1 Sampit, Yuli Karyati, menyebut bahwa antusiasme pelajar mengikuti FTBI semakin meningkat setiap tahun. Hal ini menjadi tanda bahwa kesadaran akan pentingnya bahasa daerah mulai tumbuh di kalangan generasi muda.

“Para peserta yang berangkat sudah melalui seleksi ketat. Mereka akan mengikuti beberapa cabang lomba seperti stand up comedy, karungut, cipta puisi, cerpen, dan pidato,” ungkap Yuli.

Salah satu peserta, Gerhan Bahalap, siswa kelas VIII SMPN 1 Sampit yang akan mengikuti lomba pidato, mengatakan dirinya bangga bisa membawa bahasa daerah ke panggung provinsi.

“Saya baru pertama kali ikut lomba ini, tapi saya bangga bisa membawakan pidato dalam bahasa daerah. Ini kesempatan untuk mengenalkan bahasa kami kepada banyak orang,” ujarnya.

Melalui ajang FTBI, Pemerintah Kabupaten Kotim berharap pelajar tidak hanya berprestasi, tetapi juga menjadi agen pelestarian budaya. Bahasa daerah, kata Irfansyah, adalah warisan tak ternilai yang harus terus dijaga agar tidak punah di tengah arus modernisasi. (ri)