Lahan Eks Tribun MTQ Berubah Jadi Depo Sampah, SMPN 3 Sampit Pertanyakan Keputusan Relokasi Aset

<p>Kepala Sekolah SMPN 3 Sampit saat menunjukkan ruangan kelas terdampak bau tidak sedap dari Depo kepada anggota DPRD Kotim, Senin (17/11/2025). (Foto : Ist)</p>
Kepala Sekolah SMPN 3 Sampit saat menunjukkan ruangan kelas terdampak bau tidak sedap dari Depo kepada anggota DPRD Kotim, Senin (17/11/2025). (Foto : Ist)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Kepala SMPN 3 Sampit, Siti Hadijah mengungkapkan kembali sejarah lahan yang kini digunakan untuk depo sampah, yang dulunya merupakan aset sekolah dan sempat menjadi lokasi tribun eks MTQ sebelum akhirnya dihibahkan ke pemerintah daerah. 

Ia mempertanyakan keputusan menjadikan lahan itu sebagai depo sampah karena langsung berdampak pada kenyamanan belajar siswa.

“Awalnya lahan itu milik SMPN 3 Sampit. Dulu di sana berdiri tribun bekas MTQ, tapi lama-lama disalahgunakan remaja untuk kegiatan negatif. Kami meminta ke bupati agar tribun itu dibongkar karena sudah tidak bermanfaat. Setelah dibongkar, malah dijadikan depo sampah,” kata Siti Hadijah, Senin (17/11/2025).

Ia menambahkan bahwa dirinya tidak menyetujui pembangunan depo sejak awal karena dikhawatirkan mengganggu kenyamanan belajar siswa. Kekhawatiran itu terbukti setelah bau sampah sering masuk ke ruang kelas, terutama saat siswa baru mulai beraktivitas pada tahun ajaran baru.

“Alhamdulillah sekarang ada perubahan, setelah kami berkirim surat hingga ke bupati pada September 2025. Pintu depo sebelah kanan sudah ditutup sehingga sampah tidak lagi meluber ke jalan. Tetapi soal bau, itu tetap kami perjuangkan agar tidak mengganggu anak-anak,” ujarnya.

Siti kembali menagih janji pemerintah bahwa setiap sampah yang masuk akan disemprot disinfektan. Menurutnya, genangan air dan tumpukan sampah yang tidak langsung diproses merupakan sumber utama aroma tidak sedap yang masih terasa hingga kini. 

Ia menyatakan bila depo tidak bisa direlokasi, setidaknya pengelolaannya harus sesuai standar sanitasi.

“Kami bukan tidak setuju pengelolaan sampah. Tapi anak-anak kami juga harus diperhatikan. Kalau dinyatakan tidak bau, kami mohon mari lihat langsung ke kelas yang berada tepat di samping depo,” tegasnya.

Ketua Komisi II DPRD Kotim, Akhyanoor yang turun langsung ke lokasi menyatakan bahwa pihaknya menemukan bau yang masih tercium dari luar depo.

 “Hari ini kami cek, dan memang masih ada bau meski tidak sekeras sebelumnya. Kami ingin ada perbaikan lebih lanjut agar benar-benar tidak mengganggu,” katanya.

Komisi II akan memperjuangkan renovasi atap dan lantai depo melalui anggaran 2026, serta meminta penyemprotan disinfektan dilakukan rutin untuk menekan potensi penyebaran bakteri dari area penampungan sampah tersebut. (and)