DLH Kotim Minta Fokus pada Pelaku Pembuang Sampah, Bukan Sekadar Menyalahkan Pemerintah

<p>Kepala DLH Kotim, Marjuki saat diwawancarai. (Foto: Apri) </p>
Kepala DLH Kotim, Marjuki saat diwawancarai. (Foto: Apri)
Bagikan

‎‎TINTABORNEO.COM, Sampit – Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kotawaringin Timur, Marjuki, menegaskan bahwa persoalan tumpukan sampah di Taman Kota Sampit yang belakangan ramai diperbincangkan warganet tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah daerah semata. Ia menilai fokus publik seharusnya diarahkan kepada perilaku individu yang membuang sampah sembarangan.

‎Menurutnya, budaya malu dalam mengelola sampah justru perlu dibangun dari masyarakat.

‎“Harapan kita bukan sampahnya yang diviralkan, tapi siapa yang buang sampah itu, agar ada budaya malu. Kalau yang diviralkan hanya tumpukan sampah, seolah-olah ini tanggung jawab pemerintah saja. Padahal menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama,” tegas Marjuki di Sampit, Senin (24/11/2025).

‎Video yang memperlihatkan tumpukan sampah di area Taman Kota Sampit sebelumnya menuai beragam komentar. Ada yang mempertanyakan peran pemerintah dalam menjaga kebersihan, namun tak sedikit pula warganet yang menilai rendahnya kesadaran oknum pembuang sampah sebagai penyebab utama masalah.

‎Marjuki menjelaskan bahwa pemerintah daerah selama ini sudah berupaya maksimal. DLH telah menyediakan delapan depo sampah di berbagai wilayah Sampit. Sampah dari pemukiman dan kawasan usaha diangkut menuju depo sebelum dibawa ke tempat pemrosesan akhir (TPA) di Jalan Jenderal Sudirman Km 14.

‎Ia menegaskan bahwa petugas DLH tetap melaksanakan pembersihan rutin di ruang publik termasuk Taman Kota Sampit. Namun tanpa kedisiplinan masyarakat, menurutnya, ruang kota tidak akan pernah benar-benar bersih.

‎“Tumpukan sampah itu muncul bukan karena petugas tidak bekerja, tetapi karena masih ada masyarakat yang tidak membuang sampah pada tempatnya. Semua orang bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan dari aktivitasnya. Dan membuang sampah sembarangan jelas dilarang,” ujarnya.

‎Ia juga mengingatkan bahwa memviralkan tumpukan sampah tanpa memberikan edukasi justru berpotensi menimbulkan persepsi keliru. Publik bisa saja mengira bahwa segala persoalan kebersihan adalah urusan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan menjaga keindahan dan kenyamanan kota.

‎Marjuki pun mengajak masyarakat untuk lebih sadar, disiplin, dan peduli lingkungan. Menurutnya, kebersihan kota akan terjaga jika setiap individu berperan aktif, bukan hanya mengkritik saat sampah menumpuk. (ri)