Pemilahan Sampah Dorong Kemandirian Ekonomi Anggota Pedrosa

Ketua Pedrosa Ketapang, Amid Hargo Utomo saat diwawancarai, Jumat (8/8/2025). (Foto: Apri)
TINTABORNEO.COM, Sampit – Pemilahan sampah dari sumber terbukti tidak hanya membantu pengurangan volume sampah, tetapi juga menjadi peluang ekonomi baru bagi para pengangkut sampah yang tergabung dalam Persatuan Persaudaraan Pengangkut Sampah (Pedrosa) di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).
Ketua Pedrosa Ketapang, Amid Hargo Utomo, mengatakan bahwa sistem pemilahan sampah rumah tangga kini mulai memberikan dampak positif bagi anggota mereka. Sampah organik dapat diolah menjadi kompos, sementara sampah anorganik memiliki potensi untuk diolah menjadi bahan baku industri.
“Dengan sistem ini, anggota bisa menambah penghasilan dari sampah-sampah yang bisa dimanfaatkan kembali. Sudah ada mesin pencacah, dan bahan-bahannya mulai terkumpul, walau belum optimal,” ujar Amid, Jumat (8/8/2025).
Pedrosa sendiri memiliki sekitar 80 anggota, dengan 52 unit kendaraan pengangkut seperti tossa, gerobak, maupun sepeda motor modifikasi. Setiap anggota melayani kurang lebih 50 kepala keluarga. Menurut Amid, potensi nilai ekonomis dari sampah yang dikumpulkan sangat besar jika dikelola secara sistematis.
Mendukung hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Kotim melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) telah membagikan kartu tanda pengenal (ID Card) kepada para anggota Pedrosa. Kartu ini dilengkapi sistem barcode yang memudahkan anggota mendapatkan bahan bakar minyak (BBM), yang selama ini menjadi salah satu kendala utama mereka.
“ID Card juga menjadi tanda legalitas, supaya anggota kami tidak dianggap sebagai pengangkut liar dan bisa bertanggung jawab jika terjadi hal-hal di lapangan,” jelas Amid.
Kepala DLH Kotim, Marjuki, menyebutkan bahwa keterlibatan Pedrosa sangat membantu percepatan pengangkutan sampah dari rumah tangga ke tempat pembuangan akhir (TPA). Ia mengakui bahwa peran pihak swasta atau komunitas seperti Pedrosa sangat dibutuhkan untuk mendukung sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
“Penanganan sampah tidak bisa hanya dilakukan DLH. Pedrosa sudah punya jaringan langsung ke rumah tangga. Ini sangat membantu mempercepat pengangkutan dari depo ke TPA,” kata Marjuki.
DLH dan Pedrosa juga terus berkoordinasi untuk memastikan jenis-jenis sampah yang bisa dan tidak bisa ditangani. Sampah rumah tangga seperti kaca, sisa bangunan, dan ranting besar masih belum bisa dikelola karena belum tersedia fasilitas pembuangan khusus. Sedangkan limbah elektronik seperti televisi hanya bisa diolah oleh DLH dengan prosedur tertentu.
Dengan kolaborasi yang terjalin dan dukungan terhadap pemilahan sampah, keberadaan Pedrosa tidak hanya menjadi solusi lingkungan, tetapi juga mampu meningkatkan kemandirian ekonomi warganya. (ri)