Harga Sarang Walet Anjlok, PAD Kotim Ikut Tergerus
TINTABORNEO.COM, Sampit – Harga sarang burung walet yang terus merosot dalam dua tahun terakhir mulai berdampak serius terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).
Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kotim, Ramadansyah, mengungkapkan bahwa harga sarang walet kini hanya berkisar Rp7 juta per kilogram. Padahal sebelumnya sempat mencapai Rp12 juta per kilogram.
“Turunnya harga ini tentu berdampak langsung pada penerimaan pajak. Tahun lalu, dari target Rp560 juta, realisasinya hanya Rp345,8 juta atau 61,76 persen,” jelas Ramadansyah.
Tahun ini, target pajak sarang walet diturunkan menjadi Rp250 juta. Namun hingga Mei, realisasi baru mencapai Rp134,2 juta atau sekitar 53,71 persen.
Pajak sarang walet selama ini menjadi salah satu penyumbang PAD yang cukup potensial. Untuk mendorong kepatuhan, sejak 2019 lalu pemerintah menurunkan tarif pajaknya dari 10 persen menjadi 5 persen.
“Penerapannya pakai sistem self-assessment, jadi pengusaha menghitung dan menyetor sendiri pajaknya. Tapi kalau harga jual turun, otomatis setoran pajak juga ikut menurun,” kata Ramadansyah.
Pemerintah daerah berharap harga sarang walet kembali stabil agar penerimaan pajak bisa meningkat. Namun hingga kini belum ada kepastian kapan harga akan pulih.
“Kami tetap optimistis, semoga harga segera membaik agar PAD dari sektor ini bisa kembali maksimal,” harapnya. (dk)