DBH Sawit Kotim Anjlok, Replanting dan Konflik Lahan Jadi Biang Kerok

|
<p>Asisten II Setda Kotim Alang Arianto dalam kegiatan yang digelar di aula Kantor Bapperida Kotim belum lama tadi. </p>

Asisten II Setda Kotim Alang Arianto dalam kegiatan yang digelar di aula Kantor Bapperida Kotim belum lama tadi. 


TINTABORNEO.COM, Sampit – Dana Bagi Hasil (DBH) sawit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mengalami penurunan tajam di 2025. Padahal, Kotim dikenal sebagai salah satu daerah dengan lahan sawit terbesar di Kalimantan Tengah, mencapai hampir 460.000 hektare.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kotim, Alang Arianto, membeberkan dua faktor utama penyebab merosotnya DBH sawit tahun ini.

“Pertama, banyak perusahaan melakukan replanting atau peremajaan sawit secara besar-besaran, sehingga produksinya turun karena pohon yang baru ditanam belum menghasilkan,” jelas Alang. 

Masalah kedua, kata Alang, datang dari konflik lahan. Perselisihan antara perusahaan dan masyarakat membuat aktivitas panen tersendat. “Ada pemortalan, ada juga klaim lahan yang akhirnya bikin produksi berkurang,” tambahnya.

Kondisi ini berdampak langsung pada penerimaan daerah. Tercatat, pada 2023 Kotim menerima DBH sawit sebesar Rp46 miliar. Jumlah ini turun menjadi Rp41 miliar pada 2024, dan kembali anjlok lebih dari setengahnya menjadi Rp16 miliar di 2025.

Alang menegaskan, besaran DBH sawit dihitung berdasarkan hasil produksi, bukan luas lahan yang dimiliki perusahaan. Jadi, begitu produksi terganggu, pendapatan daerah ikut terdampak.

“Perkebunan sawit ini masih jadi tulang punggung ekonomi Kotim. Sekitar 60-70 persen ekonomi daerah bergantung di sektor ini, meskipun ada juga kontribusi dari pertambangan,” tutupnya. (dk)