Warga Pesisir Kotim Diimbau Siaga, Buaya Berpotensi Muncul Saat Air Pasang Tinggi
TINTABORNEO.COM, Sampit – Di sejumlah kampung pesisir Kotawaringin Timur, kenaikan air laut yang diprediksi terjadi pada 6–13 Desember mulai menjadi pembicaraan warga. Namun, bukan hanya genangan rob yang dikhawatirkan. Saat debit air meningkat, satwa predator yang hidup di perairan dalam juga berpotensi mengikuti arus hingga mendekati permukiman.
Komandan BKSDA Resort Sampit, Muriansyah, menyebut wilayah Mentaya Hilir Selatan hingga Teluk Sampit sebagai kawasan paling rentan ketika pasang maksimum terjadi. Perubahan karakter sungai dalam beberapa tahun terakhir membuat jalur pergerakan buaya jauh lebih terbuka.
“Ketika pasang besar datang, akses pergerakan buaya makin mudah. Banyak anak sungai yang sudah dikeruk dan semakin dalam, sehingga satwa ini bisa masuk lebih jauh ke arah rumah warga,” ucapnya, Minggu (7/12/2025).
Ia menjelaskan, pasang tinggi yang dipicu fase Bulan Purnama dan fenomena Perigee membuat arus air mendorong buaya menuju kanal atau parit kecil yang sebelumnya aman dari jangkauan predator tersebut. Situasi ini kerap terjadi pada malam hari ketika aktivitas warga menurun dan visibilitas berkurang.
“Alirannya sekarang lancar dan dalam. Saat air naik, buaya bisa ikut terbawa. Ini yang perlu diwaspadai, terutama bagi warga yang tinggal dekat saluran air,” katanya.
Menghadapi ancaman kenaikan muka air laut dan potensi kemunculan buaya itu, BPBD dan BKSDA mengingatkan warga untuk lebih berhati-hati, khususnya saat beraktivitas di tepi sungai, muara, atau rawa. Langkah sederhana seperti tidak mandi atau mencuci sendirian saat pasang tinggi dinilai dapat mengurangi risiko.
“Jika melihat tanda kemunculan buaya, segera laporkan kepada petugas. Keselamatan harus diutamakan. Jangan memaksakan aktivitas di tepi sungai selama kondisi pasang tinggi berlangsung,” tegas Muriansyah.
Ia berharap kewaspadaan masyarakat dapat mencegah terjadinya insiden selama periode pasang maksimum tersebut. (ri)