RSUD dr Murjani Jelaskan Struktur Belanja untuk Penguatan Layanan, APBD hingga BLUD Jadi Tulang Punggung Operasional

<p>Plt Direktur RSUD dr Murjani, dr Yulia Nofiany. (Foto : Ist)</p>
Plt Direktur RSUD dr Murjani, dr Yulia Nofiany. (Foto : Ist)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Murjani Sampit memaparkan struktur belanja rumah sakit yang selama ini menjadi dasar pengelolaan layanan kesehatan bagi masyarakat Kotawaringin Timur. 

Plt Direktur RSUD dr Murjani, dr Yulia Nofiany, menjelaskan bahwa penguatan anggaran tidak hanya penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan, tetapi juga menentukan keberlanjutan operasional rumah sakit terbesar di wilayah ini.

Dalam paparannya, dr Yulia menunjukkan skema struktur belanja RSUD yang terdiri dari tiga sumber utama, yakni APBD, Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Ketiganya memiliki porsi dan fungsi strategis dalam mendukung kegiatan rumah sakit.

“RSUD dr Murjani ini melayani ribuan pasien setiap hari. Agar roda pelayanan berjalan baik, kami harus memastikan semua lini anggaran tersusun dan digunakan secara tepat. Struktur belanja yang ada merupakan fondasi agar semua kebutuhan pelayanan terpenuhi,” ujar dr Yulia, Senin (1/12/2025).

APBD menjadi salah satu komponen penting dalam mendukung beberapa pos krusial. Dari bagan yang dipaparkan, APBD digunakan untuk membiayai tenaga kontrak, memberikan insentif, serta mendukung belanja modal.

Dr Yulia menegaskan bahwa tenaga kontrak masih menjadi bagian vital dari pelayanan rumah sakit, terutama di tengah kebutuhan SDM yang terus meningkat.

“Ketersediaan tenaga kontrak sangat membantu menutup kekurangan SDM di beberapa unit. Mereka bekerja penuh dan berperan besar dalam pelayanan langsung kepada masyarakat,” jelasnya.

Insentif juga menjadi bagian penting dalam menjaga motivasi dan kinerja tenaga kesehatan. Sementara belanja modal digunakan untuk pengadaan prasarana, peralatan medis, hingga pengembangan fasilitas rumah sakit.

Dana Alokasi Khusus (DAK) juga berperan dalam pengembangan sarana dan prasarana. Berdasarkan struktur belanja, DAK difokuskan pada belanja modal, khususnya pengadaan alat penunjang medis yang dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan.

“DAK sangat membantu pengembangan layanan, terutama untuk pemenuhan alat kesehatan. Dengan alat yang memadai, diagnosa lebih cepat, tindakan lebih akurat, dan keselamatan pasien juga meningkat,” kata dr Yulia.

Ia mencontohkan beberapa pengadaan alat yang sebelumnya diselesaikan dengan DAK, mulai dari peralatan laboratorium hingga peralatan operasi.

Komponen ketiga adalah pendapatan BLUD yang menjadi penopang operasional harian rumah sakit. Pendapatan ini berasal dari layanan kesehatan yang diberikan RSUD dr Murjani kepada masyarakat.

BLUD digunakan untuk membiayai operasional, mulai dari kebutuhan obat, bahan habis pakai, hingga berbagai biaya perawatan fasilitas.

“BLUD adalah nyawa operasional. Dari sinilah kami membiayai kebutuhan sehari-hari yang sangat krusial. Tanpa BLUD, kegiatan harian rumah sakit bisa berhenti,” tegas dr Yulia.

Ia menekankan bahwa pengelolaan BLUD dilakukan secara transparan dengan mengutamakan pelayanan masyarakat.

Meski struktur belanja telah berjalan, dr Yulia menegaskan bahwa kebutuhan anggaran RSUD setiap tahun terus meningkat seiring jumlah pasien, beban layanan, dan kebutuhan peralatan medis.

“Kita tidak bisa menutup mata bahwa beban layanan semakin besar. Struktur belanja yang ada harus selalu diperkuat agar RSUD bisa melakukan peningkatan layanan yang nyata,” tambahnya.

Dirinya juga berharap dukungan pemerintah daerah terus mengalir, terutama untuk belanja modal dan pemenuhan tenaga medis yang sangat dibutuhkan untuk menunjang pelayanan.

Dalam kesempatan itu, dr Yulia menyampaikan bahwa RSUD dr Murjani berkomitmen untuk terus memperbaiki tata kelola, meningkatkan transparansi, dan memastikan setiap rupiah yang keluar berdampak langsung pada peningkatan layanan kepada masyarakat.

“Kami ingin memastikan bahwa belanja yang dilakukan RSUD tepat sasaran, efisien, dan benar-benar terasa manfaatnya untuk masyarakat. Struktur belanja ini tidak hanya administrasi, tetapi fondasi untuk menghadirkan pelayanan kesehatan yang unggul,” pungkasnya. (and)