RSUD dr Murjani Akui Kekurangan Tenaga Medis, Butuh Anggaran Tambahan Rp22 Miliar untuk Penuhi Standar Pelayanan
TINTABORNEO.COM, Sampit – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Murjani Sampit kembali menyoroti kebutuhan tenaga kesehatan yang mendesak demi peningkatan kualitas layanan publik. Berdasarkan pemaparan Plt Direktur RSUD dr Murjani, dr Yulia Nofiany, kekurangan dokter spesialis hingga tenaga penunjang kesehatan masih menjadi tantangan besar bagi rumah sakit rujukan terbesar di Kotawaringin Timur ini.
Dalam dokumen resmi yang dipaparkan pada rapat internal, tercatat kebutuhan tenaga medis di RSUD meliputi 34 dokter spesialis, 4 dokter subspesialis, 26 dokter umum, 6 dokter gigi, 22 apoteker, dan 2 psikolog. Total tersebut membutuhkan dukungan anggaran mencapai Rp22.128.000.000.
Menurut dr Yulia, jumlah ini bukan hanya angka, tetapi representasi kebutuhan riil untuk mengimbangi beban layanan rumah sakit yang terus meningkat setiap tahun.
“RSUD dr Murjani adalah rumah sakit rujukan regional. Artinya, pasien yang datang bukan hanya dari Kotim, tetapi juga dari kabupaten sekitar. Ketersediaan dokter sangat menentukan kualitas pelayanan, sehingga pemenuhan SDM mutlak dilakukan,” ujarnya, Senin (1/12/2025).
Dia menjelaskan, dalam dua tahun terakhir lonjakan pasien rawat jalan dan rawat inap meningkat signifikan. Beberapa poli, terutama spesialis penyakit dalam, anak, kandungan, anestesi dan bedah, mengalami antrean panjang akibat keterbatasan dokter.
“Beban kerja dokter kami sangat tinggi. Satu orang bisa menangani ratusan pasien dalam satu hari di poli tertentu. Kondisi ini tentu tidak ideal untuk pelayanan jangka panjang,” tambahnya.
Kondisi tersebut juga berdampak pada waktu tunggu pasien, terutama untuk tindakan operasi yang harus disesuaikan dengan ketersediaan dokter spesialis tertentu. Dr Yulia menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan dokter merupakan langkah strategis untuk mempercepat proses pelayanan.
Terkait anggaran Rp22 miliar, dr Yulia menegaskan nilai tersebut sudah dihitung berdasarkan standar kebutuhan tenaga kesehatan, beban kerja, serta penyesuaian terhadap jumlah penduduk di wilayah layanan RSUD dr Murjani.
“Anggaran itu bukan hanya untuk menggaji tenaga medis baru, tetapi juga mencakup proses rekrutmen, insentif, hingga penunjang operasional agar mereka bisa memberikan pelayanan optimal,” jelasnya.
Ia menyebut bahwa ketersediaan tenaga medis bukan investasi jangka pendek, tetapi investasi untuk kesehatan masyarakat Kotim.
“Kalau dokternya kurang, layanan akan tersendat. Ketika layanan tersendat, dampaknya langsung dirasakan masyarakat,” tegasnya.
Hal yang juga menjadi perhatian khusus ialah minimnya tenaga psikolog klinis dan dokter gigi. Saat ini RSUD hanya memiliki dua psikolog yang harus menangani beragam kasus, mulai dari pasien anak, dewasa, hingga rujukan kejiwaan.
“Kasus depresi, trauma, kecemasan, dan gangguan perilaku meningkat setiap tahun. Dengan hanya dua psikolog, beban mereka sangat berat. Penambahan tenaga psikolog sangat kami butuhkan,” kata dr Yulia.
Sementara dokter gigi yang tersedia hanya enam orang, padahal animo masyarakat terhadap layanan kedokteran gigi meningkat seiring bertambahnya kesadaran menjaga kesehatan mulut.
Dr Yulia berharap pemerintah daerah dapat memberikan dukungan penuh untuk penguatan SDM kesehatan ini. Ia menegaskan bahwa hospitalisasi modern membutuhkan tenaga profesional yang memadai.
“Kami berharap dukungan eksekutif maupun legislatif untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis ini. Tujuannya jelas: pelayanan yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih manusiawi bagi masyarakat,” tutupnya. (and)