Jumlah Warga Miskin di Kotim Bertambah 1.010 Jiwa
TINTABORNEO.COM, Sampit – Tingkat kemiskinan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kembali mengalami kenaikan pada tahun 2025. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin tercatat sebesar 5,83 persen, meningkat 0,17 persen poin dibandingkan tahun 2024 yang berada di angka 5,66 persen.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kotim, Alang Arianto, menyebutkan kenaikan tersebut setara dengan bertambahnya sekitar 1.010 jiwa penduduk miskin. Dengan demikian, total penduduk miskin di Kotim pada 2025 mencapai sekitar 27.700 jiwa.
“Secara tren memang terjadi fluktuasi. Pada 2023 dan 2024 angka kemiskinan sempat menurun, namun pada 2025 kembali meningkat. Ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah untuk memperkuat intervensi program penanggulangan kemiskinan,” ujar Alang Arianto, Rabu (17/12/2025).
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kotim terus mengalami peningkatan, dari 428.080 jiwa pada 2020 menjadi 461.064 jiwa pada 2025. Seiring pertumbuhan penduduk tersebut, jumlah penduduk miskin juga mengalami dinamika, yakni dari 26.640 jiwa pada 2020, meningkat pada 2022, menurun pada 2023 dan 2024, sebelum kembali naik pada 2025.
Selain persentase kemiskinan, indikator lain juga menunjukkan tren peningkatan. Garis Kemiskinan Kotim naik dari Rp446.039 pada 2020 menjadi Rp596.118 pada 2025, yang mencerminkan meningkatnya kebutuhan hidup layak masyarakat akibat inflasi dan kenaikan harga kebutuhan pokok.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) pada 2025 tercatat sebesar 1,00, meningkat dibandingkan 2024 yang berada di angka 0,96. Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga naik dari 0,24 menjadi 0,27, menandakan adanya ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
“Dalam perbandingan kabupaten/kota se-Kalimantan Tengah, Kotim termasuk daerah yang mengalami kenaikan persentase penduduk miskin pada 2025,” tegas Alang.
Meski demikian, angka kemiskinan Kotim masih berada di bawah rata-rata nasional yang mencapai 8,47 persen, namun sedikit di atas rata-rata Provinsi Kalimantan Tengah yang berada di kisaran 5,19 persen.
Untuk menekan angka kemiskinan, Pemkab Kotim kini memfokuskan kebijakan berbasis Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) agar program bantuan lebih tepat sasaran.
“Kenaikan ini menjadi alarm bagi kita semua. Perencanaan ke depan harus lebih tajam, terukur, dan berbasis data agar target penurunan kemiskinan bisa kembali tercapai,” pungkas Alang Arianto. (ri)