Ekonomi Kotim Bergerak, KADIN Tekankan Pentingnya Penataan Usaha

<p>Wakil Ketua I Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kotim, Gahara saat diwawancarai. (Foto: Apri) </p>
Wakil Ketua I Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kotim, Gahara saat diwawancarai. (Foto: Apri)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Wakil Ketua I Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Gahara, menilai geliat perekonomian daerah saat ini cukup menjanjikan dibandingkan kabupaten lain di Kalimantan Tengah. Namun demikian, ia menegaskan pentingnya penataan dunia usaha agar daya saing daerah dapat terus meningkat secara berkelanjutan.

Menurut Gahara, Kotim memiliki keunggulan dari sisi sektor unggulan, khususnya perkebunan yang menjadi salah satu yang terluas di Kalimantan Tengah. Selain itu, pertumbuhan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga terlihat pesat, ditandai dengan menjamurnya kafe serta pedagang kaki lima di berbagai sudut kota.

“Kalau kita bandingkan dengan daerah lain, dunia usaha di Kotim cukup menjanjikan. Perkebunan kuat, UMKM tumbuh, dan daya beli masyarakat juga relatif baik. Ini indikator ekonomi daerah bergerak,” ujarnya, Kamis (18/12/2025).

Meski demikian, Gahara menilai pertumbuhan tersebut belum diimbangi dengan penataan yang memadai. Ia menyoroti kondisi kawasan usaha yang dinilai masih semrawut dan berpotensi menurunkan estetika serta daya saing daerah.

“Yang masih kurang itu penataan. Banyak usaha tumbuh, tapi tata kelolanya belum rapi. Ini perlu perhatian agar pertumbuhan ekonomi tidak menimbulkan persoalan baru,” katanya.

Ia menjelaskan, struktur ekonomi Kotim saat ini masih ditopang oleh tiga sektor utama, yakni perkebunan, pertambangan, dan UMKM. Untuk sektor perkebunan, Gahara mengakui adanya tantangan akibat masuknya PT Agrinas Palma Nusantara yang dinilai berdampak pada iklim investasi. Sementara sektor pertambangan relatif stabil karena jumlahnya tidak terlalu banyak di Kotim.

Adapun pada sektor UMKM, persaingan dinilai semakin ketat seiring maraknya usaha kafe dan kuliner, terutama di wilayah perkotaan. Kondisi ini menjadi bukti geliat ekonomi, namun juga memerlukan pengaturan agar tidak mengganggu ketertiban umum dan tata ruang.

Terkait kemampuan pelaku usaha dalam memenuhi kewajiban, Gahara menyebut secara umum tidak menjadi persoalan besar. Namun, khusus bagi UMKM, tantangan utama saat ini adalah keterbatasan tenaga kerja akibat sebaran penduduk yang tidak merata di 17 kecamatan di Kotim.

“Penduduk kita cukup banyak, tapi tersebar. Di Kecamatan Baamang dan Ketapang hanya sekitar separuhnya. Ini juga jadi tantangan dunia usaha,” jelasnya.

Ia menekankan, pemerintah daerah perlu mengambil peran lebih aktif dalam penataan usaha, baik secara persuasif maupun preventif. Penataan tata ruang kota, penertiban pedagang kaki lima, serta kepastian perizinan usaha dinilai penting untuk menjaga keberlanjutan ekonomi daerah.

“Kami berharap ada penataan yang lebih serius, termasuk soal izin usaha. Ini demi keindahan kota, ketertiban, dan kepastian bagi dunia usaha,” pungkas Gahara. (ri)