Banjir di Tualan Hulu Meluas, Akses Jalan dan Layanan Warga Terganggu
TINTABORNEO.COM Sampit – Banjir di wilayah Kecamatan Tualan Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, kembali menunjukkan peningkatan pada Kamis (4/12/2025). Dua desa, yakni Desa Tumbang Mujam dan Desa Merah, menjadi lokasi terdampak paling signifikan berdasarkan laporan terbaru Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim.
Di Desa Tumbang Mujam, tinggi muka air terus naik sejak pagi. Pada pukul 07.10 WIB, ketinggian air tercatat 49 sentimeter, lalu meningkat menjadi 60 sentimeter pada pukul 13.37 WIB. Kenaikan ini dipicu curah hujan tinggi di wilayah hulu sungai, berdasarkan data Pos Curah Hujan Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan II. PCH Tumbang Mankup mencatat 68,5 mm, sementara PCH Tumbang Sangai mencatat 86 mm.
“Curah hujan di bagian utara cukup lebat dalam 24 jam terakhir sehingga memicu kenaikan muka air di Tumbang Mujam,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Multazam, dalam laporannya Kamis (4/12/2025).
Satu rumah berisi empat jiwa serta satu kantor pelayanan umum turut terendam banjir di desa tersebut.
Sementara itu, kondisi di Desa Merah lebih berat. Tinggi air berkisar antara 60 hingga 100 sentimeter. Jalan poros desa sepanjang 400–500 meter yang menjadi akses utama menuju ibu kota kecamatan terputus dan tidak dapat dilintasi kendaraan roda dua maupun roda empat. Dampaknya, layanan kesehatan tersendat karena puskesmas kecamatan berada di desa tersebut.
“Di Desa Merah, akses jalan tidak bisa digunakan. Sekitar 13 kepala keluarga atau 40 orang terdampak, namun tidak ada warga yang mengungsi,” jelas Multazam.
Di sisi lain, Pos Duga Air (PDA) Kuala Kuayan milik BWS Kalimantan II berada dalam status Siaga 1. Tinggi muka air tercatat naik pada Rabu (3/12/2025), masing-masing 7,58 meter pada pukul 07.00 WIB, 7,62 meter pukul 12.00 WIB, dan 7,66 meter pukul 18.00 WIB. Batas siaga banjir berada pada angka 7,78 meter.
“Melihat tren kenaikan debit air, kami perlu mengantisipasi potensi banjir susulan. Jika hujan di wilayah Antang Kalang dan Telaga Antang kembali meningkat, tanggul-tanggul air di sepanjang Sungai Tualan, Mentaya, hingga Cempaga bisa terdampak,” ujar Multazam.
BPBD Kotim juga telah melakukan sejumlah langkah, termasuk koordinasi dengan PLN Ranting Sampit terkait satu unit trafo di Tumbang Mujam yang berpotensi terendam, koordinasi dengan perangkat desa, hingga mengupayakan kelancaran pelayanan dasar melalui transportasi sungai. Petugas Tim Reaksi Cepat (TRC) dijadwalkan melakukan monitoring langsung ke lokasi pada 5 Desember 2025.
“Kami terus memonitor lapangan dan berkoordinasi dengan seluruh pihak agar pelayanan dasar tetap berjalan. Situasi saat ini masih dapat ditangani, namun masyarakat perlu tetap waspada,” tegas Multazam. (ri)