Ancaman Banjir Meluas, Warga Minta Pemerintah Penataan Sungai Sekarang

<p>Aksi gotong royong warga saat membersihkan jalur Sungai Pemuatan, pada Minggu (7/12/2025). (Foto: Apri)</p>
Aksi gotong royong warga saat membersihkan jalur Sungai Pemuatan, pada Minggu (7/12/2025). (Foto: Apri)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Ancaman banjir di sejumlah wilayah Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Baamang semakin meluas seiring semakin tersumbatnya jalur sungai oleh semak belukar dan enceng gondok. Kondisi itu memaksa warga dari tiga kelurahan kembali melakukan gotong royong massal membersihkan sungai, sekaligus mendesak pemerintah daerah agar turun tangan melakukan penanganan teknis sebelum banjir semakin parah.

Ketua RT 29 RW 11 Kelurahan Sawahan, Koter Susanto, mengungkapkan bahwa kegiatan pembersihan dilakukan karena kondisi sungai telah memasuki kategori darurat. Pembersihan dilakukan secara kolaboratif oleh warga dari lima RT di Kelurahan Sawahan, Baamang Tengah, dan Baamang Hilir.

“Kami membersihkan jalur sungai karena kondisinya sudah parah, ditumbuhi semak belukar dan enceng gondok. Untuk tenaga manusia jelas tidak sanggup, makanya kami berharap pemerintah dapat membantu,” ujarnya, Minggu (7/12/2025).

Koter menegaskan, pembersihan manual hanya mampu bertahan dalam waktu singkat karena pertumbuhan gulma air berlangsung sangat cepat. Ia menyebut excavator amphibi sangat dibutuhkan agar normalisasi sungai dapat dilakukan secara menyeluruh dan cepat.

“Rerumputan dan enceng gondoknya tebal sekali. Mustahil selesai dengan gotong royong biasa. Kami memohon agar pemerintah menurunkan excavator amphibi supaya jalur sungai ini benar-benar terbuka,” tegasnya.

Ia mengingatkan, aliran air yang tersumbat memperparah banjir di beberapa titik di Kelurahan Sawahan, Baamang Tengah, dan Baamang Hilir. 

“Dengan curah hujan tinggi belakangan ini, beberapa titik sudah kebanjiran. Kalau sungai tidak segera dikeruk, kondisi akan semakin parah,” tambahnya.

Ketua RT 31 RW 7 Kelurahan Baamang Tengah, Abdur Rohim, menyampaikan hal senada. Ia menilai gotong royong warga sudah dilakukan berkali-kali, tetapi belum mampu menyelesaikan persoalan utama.

“Alhamdulillah warga kompak. Namun kemampuan kami terbatas. Pertumbuhan gulma sangat cepat, sehingga kami sangat membutuhkan excavator amphibi,” ujarnya.

Selain alat berat, Abdur Rohim juga meminta dukungan penyiringan di area sungai untuk mencegah kembalinya gulma. Langkah itu dinilai penting agar fungsi sungai tetap terjaga setelah proses pengerukan.

“Kalau excavator amphibi diturunkan dan penyiringan dilakukan, lingkungan kami bisa terbebas dari banjir dan risiko bencana lainnya,” tegasnya.

Melalui aksi mandiri tersebut, warga berharap pemerintah daerah tidak hanya mengapresiasi semangat gotong royong masyarakat, tetapi melihat situasi sungai sebagai kondisi darurat yang membutuhkan penanganan institusional, bukan sekadar partisipatif.

Warga meminta agar penanganan sungai segera dijadikan prioritas demi mencegah banjir semakin meluas dan mengancam permukiman. (ri)