Aktivitas Penumpang Saat Nataru Diprediksi Naik Tipis
TINTABORNEO.COM, Sampit – Menjelang masa angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025–2026, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas IIIB Sampit mulai memasuki fase operasi khusus. Seluruh rangkaian persiapan telah dibenahi, mulai dari pengecekan kapal hingga penyusunan skema pelayanan di pelabuhan.
Kepala Seksi Lalu Lintas Angkutan Laut KSOP Sampit, Muchlis, mengatakan bahwa penyusunan Rencana Operasi (Renop) Nataru 2025 telah tuntas dan menjadi acuan utama dalam pengamanan serta layanan transportasi laut selama puncak mobilitas mendatang.
“Renop sudah disiapkan. Pemeriksaan kapal juga sudah kami lakukan sejak pertengahan November,” ucapnya, Kamis (11/12/2025).
Kegiatan ramp check (RAMCEK) menjadi tahap awal yang wajib dilalui seluruh kapal yang akan melayani angkutan penumpang. Pemeriksaan ini mencakup aspek teknis dan keselamatan untuk memastikan seluruh armada benar-benar siap melaut.
“Setiap tahun RAMCEK menjadi perhatian utama, karena keselamatan adalah hal yang tidak boleh ditawar,” tegas Muchlis.
Selain itu, koordinasi lintas instansi juga dilakukan secara intensif. Operator kapal, operator pelabuhan, instansi teknis daerah, hingga unsur kesehatan dan keamanan telah duduk satu meja menyiapkan langkah bersama. Pada 7 Desember lalu, pimpinan KSOP turut mengikuti rapat koordinasi tingkat nasional yang melibatkan moda darat, udara, dan laut.
“Rakor pusat itu kemudian kami tindaklanjuti dengan penyusunan detail operasional di Sampit, termasuk pengaturan jadwal pelayaran dan armada,” jelasnya.
Mengikuti instruksi Kementerian Perhubungan, KSOP juga membentuk Posko Koordinasi Nataru. Posko tersebut melibatkan Kantor Kesehatan Pelabuhan, Basarnas, Kepolisian Pelabuhan, Dinas Perhubungan, hingga kemungkinan penambahan unsur Satpol PP.
Masa layanan khusus Nataru akan berlangsung selama 21 hari, mulai 18 Desember 2025 hingga 5 Januari 2026.
Meski berbagai kesiapan sudah disusun, Muchlis memprediksi bahwa lonjakan penumpang di Pelabuhan Sampit tidak akan terlalu besar.
“Di Sampit kenaikannya cenderung kecil, sekitar 7 persen saja dari tahun sebelumnya,” ujarnya.
Pada periode Nataru tahun lalu, jumlah penumpang tercatat 2.384 orang. Dengan proyeksi kenaikan yang relatif rendah, jumlah pengguna jasa tahun ini diperkirakan berada di kisaran 2.100 hingga 2.200 orang.
Untuk layanan kapal, Pelni masih mengoperasikan KM Lawit dengan dua jadwal keberangkatan pada 18 dan 22 Desember, serta satu kedatangan pada 30 Desember.
“KM Lawit kapasitasnya sekitar 920 penumpang. Itu sudah cukup untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat,” terang Muchlis.
Di luar kapal Pelni, operator swasta DLU tetap menjalankan dua kapal regulernya sebelum masa operasi khusus dimulai pada 18 Desember. Sementara itu, KSOP menegaskan bahwa informasi jadwal pelayaran akan terus diperbarui agar penumpang dapat menyiapkan perjalanan dengan tenang.
“Kami upayakan update informasi selalu tersedia. Masyarakat bisa menyesuaikan rencana perjalanannya,” tutupnya. (ri)