Warga Sawit Raya Resah, Polemik Sampah Bikin Rumah Enggan Dibuka

<p>Sampah yang menggunung di kawasan Perumahan Sawit Raya Sampit, Minggu (30/11/2025). (Foto : Ist)</p>
Sampah yang menggunung di kawasan Perumahan Sawit Raya Sampit, Minggu (30/11/2025). (Foto : Ist)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Polemik sampah kembali memanas di kawasan Perumahan Sawit Raya. Warga mengaku resah karena tumpukan sampah yang terus muncul di sejumlah titik, bahkan membuat mereka enggan membuka pintu rumah akibat bau menyengat yang tak kunjung hilang.

Windarso, warga yang tinggal di sekitar kawasan tersebut, menceritakan bahwa persoalan ini sudah berlangsung lama dan terus berpindah tempat.

“Sampah ini awalnya dibuang di depan kantor Musirawas. Mungkin karena dibuang di depan, akhirnya dipindah. Tapi makin banyak perumahan, sampah makin menumpuk,” ungkapnya, Minggu (30/11/2025).

Menurut dia, meski warga sudah diberikan bak truk untuk membuang sampah, praktik pembuangan tetap saja sembarangan. Kondisi itu membuat lingkungan semakin kumuh dan mengganggu aktivitas warga.

“Akhirnya kami takut buka pintu rumah. Bau sampah itu langsung masuk. Kami ini mau tidak mau pasrah. Rumah jarang dibuka karena sampah itu,” ujarnya.

Windarso menambahkan, pernah ada upaya pembersihan besar-besaran saat ada event kejuaraan di dekat sirkuit. Warga juga sudah memasang spanduk larangan membuang sampah sembarangan. Namun hasilnya tetap saja sementara.

“Begitu dilarang di satu titik, akhirnya dibuang di sebelah. Warga perumahan situ yang protes,” jelasnya.

Situasi ini sempat teratasi ketika seorang warga bernama Sucipto menghibahkan sebidang tanah di ujung kawasan agar bisa dijadikan lokasi pembuangan sementara. Warga bahkan membuat jembatan darurat dari batang kelapa untuk menuju lokasi tersebut.

“Tapi kami kaget waktu lihat sudah dipasang tulisan ‘dilarang buang sampah’. Jadi bingung lagi mau buang ke mana,” kata Windarso.

Ia menegaskan, persoalan ini harus segera ditangani pemerintah. Warga meminta adanya sosialisasi regulasi pembuangan sampah yang jelas, agar mereka tidak lagi kebingungan mencari lokasi pembuangan.

“Kami mohon pemerintah turun tangan. Sosialisasikan regulasinya biar masyarakat tahu. Lebih baik dikomunikasikan dulu supaya polemik begini tidak terus terjadi,” pintanya.

Windarso menyebut hingga kini tidak ada depo sampah resmi di kawasan itu. Perwakilan perusahaan perkebunan yang ada di sekitar pun disebut tidak turun tangan dalam memberikan solusi.

“Kami berharap ada depo sampah yang resmi. Sehingga masyarakat tahu buang sampah di mana. Ini sudah sejak saya tinggal di sini tahun 2008. Dulu masih sepi, ada bundaran Pal 3, itu pakai pikap buang di situ. Sekarang makin ramai, tapi tempat buang resmi tidak ada,” tandasnya.

Warga berharap pemerintah daerah, pihak perusahaan, dan pengembang perumahan segera duduk bersama mencari solusi, agar kawasan Sawit Raya tak terus-terusan menjadi sorotan akibat persoalan sampah yang tidak kunjung tuntas. (ah)