Penggunaan TV Edukasi Bakal Hapus Kapur dan Spidol, Guru Diminta Adaptif

<p>Plt Kepala Disdik Kotim Yolanda (tengah) saat berfoto dengan para guru pada HUT PGRI pekan lalu. (Foto : Dok TB)</p>
Plt Kepala Disdik Kotim Yolanda (tengah) saat berfoto dengan para guru pada HUT PGRI pekan lalu. (Foto : Dok TB)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Digitalisasi pembelajaran akan segera mengubah wajah ruang kelas di Kabupaten Kotawaringin Timur. Dengan hadirnya TV edukasi dari Kementerian, penggunaan kapur tulis dan spidol diprediksi akan ditinggalkan, digantikan perangkat digital berbasis layar sentuh.

Plt Kepala Disdik Kotim, Yolanda, menyampaikan bahwa seluruh jenjang SD dan SMP di Kotim telah mengikuti koordinasi melalui zoom meeting bersama Kementerian terkait implementasi program tersebut.

“Ke depan, pembelajaran tidak lagi seperti biasa. Tidak ada kapur, tidak ada spidol. Semua bergeser ke digital dengan menggunakan layar sentuh. Kita mau tidak mau harus mengikuti perkembangan teknologi,” katanya, Sabtu (29/11/2025).

Ia menegaskan bahwa perubahan ini bukan sekadar soal penggantian peralatan, melainkan perubahan pola pikir tenaga pendidik.

“Digitalisasi menuntut guru untuk lebih adaptif. Karena perangkatnya mungkin mudah digunakan, tapi yang berat itu kesiapan SDM dan lingkungan belajar. Guru harus siap bertransformasi,” jelasnya.

Selain itu, Yolanda menilai bahwa digitalisasi menjadi momentum untuk meningkatkan mutu pembelajaran di daerah. Dengan konten visual yang lebih kaya, siswa dipastikan memperoleh pengalaman belajar yang jauh lebih interaktif.

“Anak-anak zaman sekarang sudah terbiasa dengan teknologi. Dengan TV edukasi dan layar sentuh, mereka bisa belajar lebih cepat karena tampilannya menarik dan fiturnya lengkap,” ungkapnya.

Namun demikian, ia mengakui tantangan di lapangan akan tetap ada, terutama kesiapan sekolah menghadapi perubahan mendadak.

“Kita hanya pelaksana kebijakan, tetapi bagaimana prosesnya berjalan tanpa kendala itu menjadi pekerjaan utama kita di daerah. Karena kalau infrastrukturnya kurang, implementasinya pasti terganggu,” imbuhnya.

Yolanda memastikan bahwa Disdik Kotim akan terus mendampingi sekolah dalam masa transisi ini, termasuk memberikan edukasi kepada guru mengenai cara menggunakan perangkat digital.

“Intinya, kita tidak boleh tertinggal. Semua daerah sudah mulai bergerak menuju pembelajaran digital, dan Kotim harus siap menyongsong perubahan ini,” tutupnya. (and)