Kasus Diabetes di Kotim Tertinggi di Kalteng, Lebih dari 3.500 Warga Terdata

<p>Kepala Dinkes Kotim, Umar Kaderisasi saat diwawancarai. (Foto: Apri) </p>
Kepala Dinkes Kotim, Umar Kaderisasi saat diwawancarai. (Foto: Apri)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kini tercatat sebagai daerah dengan jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) terbanyak di Kalimantan Tengah. Data terbaru menunjukkan lebih dari 3.500 warga telah masuk dalam daftar pengidap diabetes.

Kepala Dinas Kesehatan Kotim, Umar Kaderi, menjelaskan bahwa angka tersebut masih berada dalam kisaran yang diperkirakan pemerintah pusat. Berdasarkan estimasi Kementerian Kesehatan, jumlah penyandang diabetes di Kotim pada 2025 diproyeksikan mencapai 4.724 orang.

“Melalui Aplikasi Sehat Indonesiaku (ASIK), hingga hari ini tercatat 3.504 kasus DM,” ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (26/11/2025).

Menurutnya, tingginya jumlah temuan kasus bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya kejadian diabetes, tetapi juga berkat aktifnya Puskesmas melakukan skrining dan pelaporan. Ia menilai pendataan di ASIK kini semakin menggambarkan kondisi riil di lapangan. 

“Temuan banyak bukan semata-mata karena kasus melonjak, tetapi karena pencatatan dan pemeriksaan di Puskesmas makin optimal,” terangnya.

Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar di berbagai komunitas juga disebut berperan besar. Dengan kegiatan yang menyasar kelompok masyarakat secara langsung, semakin banyak warga terjaring dan diketahui memiliki risiko atau sudah mengalami diabetes. 

“Komunitas-komunitas yang rutin menjalankan CKG turut membantu memperluas deteksi dini,” katanya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan sejumlah faktor yang membuat diabetes semakin banyak ditemukan. Selain riwayat keturunan, pola hidup masyarakat sehari-hari dinilai menjadi pemicu utama. Konsumsi tinggi gula, minim olahraga, obesitas, tekanan darah tidak terkontrol, kolesterol dan trigliserida tinggi, merokok, stres, hingga kurang tidur disebut sebagai pemantik risiko.

“Banyak kebiasaan yang tanpa disadari membuka peluang terjadinya diabetes,” tegasnya.

Sebagai langkah pencegahan, Umar menekankan pentingnya perbaikan gaya hidup. Ia mengimbau masyarakat mulai mengatur berat badan dan mengelola pola makan, termasuk mengurangi asupan manis dan asin, serta membatasi makanan dan minuman berpemanis. Aktivitas fisik minimal 30 menit per hari dan pemeriksaan kesehatan rutin juga dianjurkan.

“Cukup istirahat, minum air putih delapan gelas sehari, tidak merokok, dan mengelola stres, itu semua bagian dari upaya mencegah diabetes,” tutupnya. (ri)