Jenazah Muhran Ditemukan Setelah Tiga Hari, Kondisinya Tinggal 30 Persen
TINTABORNEO.COM, Sampit – Pencarian terhadap Muhran (63), warga Desa Satiruk yang hilang diseret buaya di Sungai Rangkang, akhirnya berakhir pada Senin (24/11) siang. Setelah tiga hari penyisiran tanpa hasil, tim terpadu berhasil menemukan jasad korban sekitar pukul 11.30 WIB.
Kepala BPBD Kotawaringin Timur, Multazam, menyebut dua hari pertama menjadi fase tersulit. Tidak ada tanda maupun petunjuk yang mengarah pada keberadaan korban, meski seluruh unsur mulai dari warga desa, aparat setempat, hingga tim SAR telah dilibatkan.
“Hari pertama dan kedua itu nihil. Banyak masyarakat desa, aparat desa dan kecamatan ikut turun bersama tim terpadu, tapi memang belum ada hasil,” ujar Multazam saat diwawancarai, Senin (24/11/2025).
Pada awal pencarian, SAR Sampit menurunkan armada berukuran besar untuk menembus gelombang kuat di perairan sekitar. Namun strategi tersebut diubah memasuki hari kedua dan ketiga, dengan penggunaan perahu karet kecil yang memungkinkan petugas menelusuri area-area yang sebelumnya sulit dijangkau.
“Hari kedua dan ketiga kita modifikasi, menggunakan perahu karet kecil untuk menyisir daerah-daerah yang sempit,” katanya.
Kerja keras itu berbuah hasil. Jasad Muhran ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Menurut Multazam, hanya sekitar 30 persen tubuh yang tersisa dan seluruhnya sudah tidak dapat diselamatkan. Jenazah langsung dibawa ke rumah duka.
“Kalau dari kondisi jenazah ya sekitar 70 persen sudah tidak ada. Korban ditemukan dalam keadaan meninggal dan sudah diserahkan kepada keluarga,” jelasnya.
Ia menambahkan, dinamika pasang surut air laut menjadi kendala utama selama operasi berlangsung. Armada besar tidak leluasa bergerak, sementara sebagian wilayah perairan hanya bisa dijangkau dengan perahu tradisional milik warga.
“Hambatan paling berat itu pasang surut. Alut jelajah kita terbatas. Justru masyarakat yang pakai perahu tradisional dengan keberanian mereka sangat membantu,” katanya.
Terkait kejadian awal, Multazam menyampaikan bahwa korban dikenal warga sebagai pencari udang di kawasan sungai tersebut. Ada saksi yang mendengar teriakan korban ketika serangan terjadi, namun situasi saat itu tidak memungkinkan untuk melakukan penyelamatan.
“Ada saksi yang dengar beliau minta tolong. Tapi karena yang dihadapi hewan predator, tentu risikonya sangat tinggi bila langsung menolong,” terangnya. (ri)