Deep Learning Didorong Jadi Fondasi Pembentukan Profil Pelajar Kotim

<p>Kepala BGTK Kalteng, I Ketut Sukajaya saat membawakan materi Talk Show pembelajaran mendalam di Kotim, Kamis (20/11/2025). (Foto : Ist)</p>
Kepala BGTK Kalteng, I Ketut Sukajaya saat membawakan materi Talk Show pembelajaran mendalam di Kotim, Kamis (20/11/2025). (Foto : Ist)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Balai Guru dan Tenaga Kependidikan Kalteng menegaskan bahwa pembelajaran mendalam bukan sekadar metode mengajar baru, tetapi strategi untuk membentuk karakter dan kompetensi peserta didik. Guru dibimbing agar mampu menciptakan pembelajaran yang sadar, bermakna, dan menggembirakan.

“Bagaimana seorang guru nanti harus memiliki kompetensi dalam pembelajarkan peserta didik supaya mindful, bermakna, dan joy learning,” kata Kepala BGTK Kalteng, I Ketut Sukajaya, Kamis (20/11/2025).

Untuk mencapai hal tersebut, guru harus memahami konsep pembelajaran, menerapkannya dalam konteks kehidupan, dan melakukan refleksi berkelanjutan. Proses ini diyakini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran lintas jenjang.

“Mereka harus memahami konsepnya, bagaimana penerapannya dalam kehidupan, dan melakukan refleksi apakah yang dilakukan sudah bagus atau perlu diperbaiki,” ujarnya.

Program pelatihan disusun secara bertahap dengan tiga fase, yakni inservice learning 1, out the job training, dan inservice learning 2. Guru dibekali pemahaman awal sebelum mempraktikkannya langsung di kelas.

“Pelatihannya dalam bentuk inservice learning 1 selama lima hari, lalu out the job training dengan praktik on 1, on 2, dan on 3, kemudian kembali ke inservice learning 2 untuk menyampaikan refleksi,” jelasnya.

Selain meningkatkan keahlian guru, pelatihan ini juga menekankan pentingnya penyebarluasan praktik baik ke rekan guru lain melalui sekolah maupun kelompok kerja guru.

“Mereka akan mengimbaskan apa yang sudah dilakukan kepada guru-guru di sekolahnya dan musyawarah guru mata pelajaran,” katanya.

BGTK Kalteng mencatat dampak positif dari program tersebut melalui monitoring dan evaluasi. Guru lebih percaya diri, antusias, dan menunjukkan peningkatan kualitas interaksi pembelajaran di kelas.

“Kami melihat guru memiliki rasa percaya diri dan antusiasme dalam kelasnya. Pembelajaran lebih bergembira sehingga kualitasnya meningkat,” ujar Sukajaya.

Dengan fondasi tersebut, Balai GTK berharap peserta didik mampu mengikuti seluruh alur pembelajaran dan mencapai delapan profil penting, mulai dari ketakwaan hingga kemampuan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.

“Kita tentu berharap siswa mengikuti semua alur pembelajaran dengan baik sehingga mereka memiliki delapan profil, mulai bertakwa, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, hingga mampu bermasyarakat dengan baik,” ucapnya. (and)