Trenggiling Terjebak di Kontainer, BKSDA Selidiki Dugaan Penyelundupan: Pengawasan Pelabuhan Bagendang Dipertanyakan

<p>Tenggiling yang berhasil diselamatkan oleh Petugas Damkar Kotim dan Aktivis Pecinta Satwa Liar diserahkan ke BKSDA Resort Sampit. (Foto : Ist)</p>
Tenggiling yang berhasil diselamatkan oleh Petugas Damkar Kotim dan Aktivis Pecinta Satwa Liar diserahkan ke BKSDA Resort Sampit. (Foto : Ist)
Bagikan

TINTABORNEO, Sampit  – Kasus penemuan seekor tenggiling dalam kondisi lemas di dalam kontainer di Pelabuhan Bagendang, Kotawaringin Timur, memunculkan pertanyaan besar soal lemahnya pengawasan di jalur keluar-masuk barang tersebut. Satwa dilindungi dengan berat sekitar 15 kilogram itu diduga kuat hendak diselundupkan oleh pihak tidak bertanggung jawab.

Kepala BKSDA Resort Sampit, Muriansyah, membenarkan bahwa pihaknya telah menerima penyerahan satwa dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Kotim serta komunitas pecinta satwa di Sampit.

“Satwa yang dilindungi undang-undang ini ditemukan di Pelabuhan Bagendang, dan laporan tersebut akan segera kami tindaklanjuti dengan mendatangi lokasi. Kami perlu memastikan kronologi penemuan dan mendalami dugaan penyelundupan,” tegas Muriansyah, Rabu (1/10/2025).

Menurutnya, tenggiling tersebut dalam kondisi dehidrasi setelah diduga terjebak selama tiga hari di dalam kontainer. Saat ini satwa masih dalam tahap observasi sebelum diputuskan apakah akan dilepasliarkan kembali ke habitatnya atau menjalani pemulihan terlebih dahulu.

Namun, temuan ini juga menguak sisi lain yang tak kalah penting: mengapa satwa liar dilindungi bisa lolos hingga masuk ke kontainer di kawasan pelabuhan? Apalagi, Pelabuhan Bagendang merupakan jalur strategis keluar masuk barang dalam skala besar di Kotim.

Aktivis pecinta satwa menilai kasus ini hanyalah “puncak gunung es” dari maraknya praktik perdagangan ilegal satwa liar yang kerap memanfaatkan celah minimnya pengawasan di pelabuhan.

“Kalau bukan kebetulan ditemukan, mungkin satwa ini sudah lenyap dibawa keluar. Kasus ini harus jadi alarm serius agar instansi terkait memperketat pengawasan di pelabuhan,” ujar Harry, seorang aktivis yang ikut dalam proses penyelamatan.

Kasus dugaan penyelundupan tenggiling ini bukan hanya soal satwa liar yang hampir hilang nyawanya, tetapi juga soal komitmen pemerintah dan aparat penegak hukum dalam memberantas perdagangan ilegal satwa dilindungi. Jika dibiarkan, bukan tak mungkin pelabuhan strategis seperti Bagendang justru menjadi jalur empuk bagi para penyelundup. (ah)