Takut Dilaporkan KDRT, Alasan Pria di Wengga Akhiri Hidup dengan Tali Jemuran

<p>Tampak anggota Inafis Polres Kotim dan Polsek Baamang sedang melakukan evakuasi korban bunuh diri pada Minggu (5/10/2025) sore. (Foto: Ist) </p>
Tampak anggota Inafis Polres Kotim dan Polsek Baamang sedang melakukan evakuasi korban bunuh diri pada Minggu (5/10/2025) sore. (Foto: Ist)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit– Sore di Jalan Wengga Metropolitan, Kelurahan Baamang Barat, berubah mencekam ketika warga menemukan seorang pria bernama Ari Purnama (50) tewas gantung diri di dapur rumahnya, Minggu (5/10/2025).

Belakangan diketahui, Ari diduga baru saja menikah beberapa bulan lalu. Namun pernikahan yang baru seumur jagung itu berakhir dengan pertengkaran, tuduhan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan akhirnya kematian tragis.

Kapolsek Baamang, AKP Moch. Romadhon mengungkapkan bahwa korban diduga nekat mengakhiri hidupnya lantaran merasa ketakutan setelah sang istri berencana melaporkannya ke pihak kepolisian terkait kasus KDRT.

 “Menurut keterangan dari keluarga pihak istri, korban melakukan bunuh diri diduga karena takut dilaporkan. Sebelumnya memang ada permasalahan rumah tangga dan kekerasan dalam rumah tangga,” kata Romadhon kepada wartawan, Senin (6/10/2025).

Romadhon menjelaskan, pertengkaran antara Ari dan istrinya terjadi pada Kamis, 2 Oktober 2025. Sejak itu, istrinya memilih meninggalkan rumah dan tinggal bersama keluarganya.

Ari pun tinggal sendiri di rumah tersebut, tanpa pengawasan keluarga maupun tetangga dekat.

“Setelah cekcok, korban tinggal sendiri. Tidak ada yang mengawasi, sehingga dimungkinkan dalam kondisi tertekan dan akhirnya gantung diri,” ujar Romadhon.

Menurut hasil olah TKP, Ari mengakhiri hidupnya dengan tali jemuran berwarna biru yang diikat ke plafon kayu dapur. Ia menggunakan kursi plastik warna biru sebagai pijakan terakhir sebelum mengakhiri hidupnya. Suasana rumah yang sederhana itu kini menyisakan keheningan dan duka mendalam bagi warga sekitar.

Tragedi itu pertama kali diketahui oleh Saiful, warga yang saat itu sedang meruqyah seseorang di rumah kerabat korban, tak jauh dari lokasi. Setelah selesai, Saiful mengaku merasakan “sesuatu yang ganjil” dari arah rumah Ari.

Desy, salah satu warga, kemudian mengajaknya untuk memastikan keadaan di rumah tersebut.

“Setibanya di sana, Saiful masuk lebih dulu. Saat membuka pintu dapur, dia melihat korban sudah tergantung di plafon rumah,” terang Romadhon.

Saiful segera berteriak meminta tolong dan memanggil keluarga sekitar. Warga kemudian melapor ke Polsek Baamang, dan tak lama polisi datang bersama tim medis untuk melakukan pemeriksaan.

Dari hasil pengecekan, korban dinyatakan sudah meninggal dunia dan jenazah langsung dibawa ke RSUD dr. Murjani Sampit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Rumah yang sebelumnya sepi itu kini menjadi pusat perhatian. Sejak berita kematian menyebar, warga berdatangan untuk melihat langsung lokasi kejadian. Seutas tali biru yang digantung di plafon kini menjadi saksi bisu akhir kehidupan Ari pria yang kalah oleh amarah dan rasa takutnya sendiri. (li)