RSUD dr Murjani Sampit Imbau Orang Tua Waspadai Gejala Kuning pada Bayi

<p>Kegiatan penyuluhan kesehatan tentang kuning pada bayi oleh petugas kesehatan, di Ruangan Seruni RSUD dr Murjani Sampit, belum lama ini. (Foto: Ist) </p>
Kegiatan penyuluhan kesehatan tentang kuning pada bayi oleh petugas kesehatan, di Ruangan Seruni RSUD dr Murjani Sampit, belum lama ini. (Foto: Ist)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Murjani Sampit mengingatkan para orang tua agar tidak mengabaikan gejala kuning pada bayi baru lahir atau neonatal jaundice. Meski sering kali dianggap hal yang wajar, kondisi ini bisa menjadi tanda adanya gangguan fungsi hati atau masalah kesehatan lain yang lebih serius.

Plt Direktur RSUD dr Murjani Sampit, dr Yulia Nofiany, menjelaskan bahwa penyakit kuning pada bayi disebabkan oleh penumpukan zat bilirubin yakni pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah yang belum sepenuhnya dapat diproses oleh hati bayi.

“Bayi baru lahir umumnya memang mengalami peningkatan bilirubin karena hati mereka belum bekerja optimal. Namun orang tua perlu tahu perbedaannya antara kuning yang normal dan yang berbahaya,” jelas dr Yulia, Minggu (19/10/2025).

Menurutnya, kuning fisiologis biasanya muncul pada hari ke-2 atau ke-3 setelah lahir dan akan hilang dalam waktu satu hingga dua minggu. Bayi tetap terlihat aktif, menyusu dengan baik, dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.

“Sebaliknya, jika kuning muncul sebelum 24 jam setelah lahir, berlangsung lebih dari 14 hari, atau bayi tampak lemas dan tidak mau menyusu, itu sudah termasuk kuning patologis dan perlu penanganan medis segera,” ujarnya.

dr Yulia juga menegaskan pentingnya peran orang tua dalam mendeteksi dini gejala tersebut. Bila dibiarkan, kadar bilirubin yang terlalu tinggi dapat menimbulkan komplikasi serius seperti kerusakan otak (kernikterus).

“Jadi jangan menunggu parah. Bila warna kuning sudah menyebar sampai kaki atau bayi tampak lesu, segera periksa ke fasilitas kesehatan,” tegasnya. (ri)