Pulau Hanaut Masih Dihantui Krisis Listrik, Air Bersih, dan Jalan

<p>Daerah Kecamatan Pulau Hanaut nampak dari atas, Rabu (1/10/2025). (Foto: Ist) </p>
Daerah Kecamatan Pulau Hanaut nampak dari atas, Rabu (1/10/2025). (Foto: Ist)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Pembangunan smelter bauksit yang direncanakan di Kecamatan Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), disambut sebagai peluang besar bagi masyarakat pesisir. Namun, di balik optimisme tersebut, wilayah ini masih bergelut dengan persoalan infrastruktur dasar yang belum tertangani.

Camat Pulau Hanaut, Dedi Purwanto, mengatakan ada tiga kebutuhan utama masyarakat yang hingga kini belum terpenuhi secara layak, yaitu pasokan listrik, ketersediaan air bersih, dan akses jalan. Menurutnya, permasalahan itu sudah lama dirasakan warga dan kerap menjadi keluhan utama.

“Listrik di Pulau Hanaut masih bergantung jalur dari Seranau. Beberapa waktu lalu PLN sudah melakukan survei dan ada rencana penarikan jaringan baru dari Bagendang, menyeberang ke Pulau Lepeh, lalu ke Pulau Hanaut. Jadi tidak lagi mengikuti jalur Seranau,” jelas Dedi, Rabu (1/10/2025).

Ia menyebutkan, panjangnya jaringan listrik membuat suplai kerap bermasalah. Saat terjadi gangguan, warga bahkan bisa mengalami pemadaman berhari-hari karena petugas harus menelusuri jalur distribusi yang rusak.

Selain listrik, krisis air bersih juga menjadi masalah menahun. Warga setempat masih bergantung pada air hujan yang ditampung di tandon rumah. Sementara upaya pengeboran sumur belum memberikan hasil karena kualitas airnya buruk.

“Kalau musim kemarau, kebutuhan air benar-benar bergantung pada tandon. Sumur bor juga banyak yang gagal, ada yang rasanya asin, berkarat, atau berwarna kuning,” katanya.

Akses transportasi darat pun belum memadai. Jalan utama di Hanaut sebagian besar masih berupa semenisasi dengan lebar hanya dua hingga tiga meter. Beberapa ruas juga mengalami kerusakan sehingga menghambat aktivitas warga, khususnya para tenaga pendidik.

“Banyak guru mengeluh, apalagi saat air pasang, mereka kesulitan untuk melintas,” ujar Dedi.

Ia menambahkan, perjalanan dari Hanaut menuju Satiruk dengan sepeda motor bisa memakan waktu hingga satu jam. Karena itu, Dedi berharap pembangunan jalan lintas Seranau–Pagatan yang direncanakan pemerintah provinsi segera terealisasi.

“Itu satu-satunya akses yang benar-benar kami andalkan,” pungkasnya. (ri)