Kunjungan Pasien Turun 50 Persen, RSUD dr Murjani Akui Puskesmas Kini Lebih Siap Layani Masyarakat
TINTABORNEO.COM, Sampit – RSUD dr Murjani Sampit menghadapi perubahan besar dalam pola pelayanan kesehatan masyarakat. Sepanjang 2025, rumah sakit terbesar di Kotawaringin Timur ini mencatat penurunan kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap hingga hampir 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Tren penurunan kunjungan pasien pada 2025 memang sudah kami perkirakan sebelumnya. Ada faktor internal dan eksternal yang memengaruhi,” kata Plt Direktur RSUD dr Murjani, dr Yulia Nofiany, saat rapat pembahasan APBD bersama Komisi III DPRD Kotim, Kamis (23/10/2025).
Ia menjelaskan, peningkatan kemampuan Puskesmas menjadi salah satu faktor eksternal paling signifikan. Banyak kasus yang dulu harus dirujuk ke rumah sakit kini dapat ditangani langsung di tingkat kecamatan sehingga masyarakat tidak lagi selalu bergantung pada layanan RSUD.
Sementara dari sisi internal, rumah sakit masih menghadapi kekurangan dokter spesialis dan penyesuaian kebijakan BPJS Kesehatan.
“Dari sisi internal, kami memang masih kekurangan dokter spesialis. Selain itu, kebijakan BPJS Kesehatan turut berpengaruh terhadap tren kunjungan. Jika dilihat dari data 2024 ke 2025, penurunannya hampir mencapai 50 persen,” jelasnya.
Data kunjungan menunjukkan pergeseran signifikan. Tahun 2024, pasien rawat jalan mencapai 141.374 orang, namun turun menjadi 72.857 orang pada 2025. Rawat inap yang semula 16.027 pasien kini hanya 11.547 pasien.
Meski pendapatan rumah sakit ikut terdampak, dr Yulia menegaskan fokus utama tetap pada kualitas pelayanan. Ia menilai penurunan kunjungan bukan berarti mutu RSUD menurun, melainkan hasil dari pemerataan layanan kesehatan yang kini lebih kuat di tingkat Puskesmas.
“Dampaknya memang terasa pada pendapatan rumah sakit. Tapi kami tetap memprioritaskan pelayanan yang prima bagi masyarakat. Justru dengan meningkatnya peran Puskesmas, beban rujukan di rumah sakit bisa lebih terkendali,” ujar dr Yulia.
Fenomena ini mencerminkan pergeseran sistem pelayanan kesehatan di Kotim. Masyarakat makin mudah mendapatkan layanan awal di wilayahnya masing-masing, sementara RSUD bergerak memperkuat fungsi rujukan dengan kualitas layanan yang lebih terfokus. (and)