Dinsos Kotim Cari Solusi Terbaik Terkait Dugaan Kasus Perundungan di Sekolah Rakyat

<p>Dinas Sosial Kotim saat pembahasan APBD 2026 bersama Komisi III DPRD Kotim, Salasa (21/10/2025). (Foto: Apri)</p>
Dinas Sosial Kotim saat pembahasan APBD 2026 bersama Komisi III DPRD Kotim, Salasa (21/10/2025). (Foto: Apri)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) memastikan telah menindaklanjuti dugaan kasus perundungan (bullying) yang terjadi di Sekolah Rakyat Kotim. Kepala Dinsos Kotim, Hawianan, menegaskan bahwa pihaknya merespons cepat begitu mendapat kabar tersebut.

“Begitu kami mendapat informasi adanya dugaan bullying di Sekolah Rakyat, kami langsung turun tangan. Dinsos berperan dalam fungsi pengawasan, sedangkan kegiatan operasional menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru,” kata Hawianan, Selasa (21/10/2025).

Ia menuturkan, pihaknya tidak akan tinggal diam dan terus berupaya mencari solusi terbaik. Namun, diakuinya jumlah tenaga pendidik di Sekolah Rakyat masih terbatas. 

“Jumlah siswa sekitar seratus orang, sementara wali asuh hanya sepuluh. Jadi satu orang mengawasi sepuluh anak,” ujarnya.

Hawianan menambahkan, pihaknya masih mendalami detail kronologi kejadian tersebut. “Kami belum tahu persis kejadiannya. Nanti akan kami telusuri lebih lanjut agar bisa menentukan langkah terbaik,” jelasnya.

Ia juga menjelaskan, sebagian besar siswa Sekolah Rakyat berasal dari keluarga kurang mampu dan datang dari berbagai pelosok daerah, sehingga banyak di antara mereka masih beradaptasi. 

“Anak-anak ini baru sekitar tiga minggu di sekolah. Mereka datang dengan kebiasaan berbeda, mulai dari perilaku harian hingga hal sederhana seperti cara berinteraksi. Mereka butuh waktu untuk menyesuaikan diri,” terangnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa Dinsos tidak dapat terus-menerus mengawasi kegiatan di sekolah, namun akan melakukan kunjungan langsung untuk memastikan kondisi sebenarnya. 

“Kami akan tindak lanjuti, mencari akar masalahnya, dan berharap masyarakat memahami bahwa sebagian besar anak di sekolah ini berasal dari latar belakang sulit, jadi mereka masih perlu bimbingan dan pembinaan,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, seorang siswa Sekolah Rakyat Kotim berinisial P dikabarkan enggan kembali ke sekolah setelah diduga mengalami perundungan. Keluarga korban menyebut P pulang dengan mata lebam dan mengaku dipukul teman sekelas. Namun, kasus ini akhirnya diselesaikan secara kekeluargaan setelah diklarifikasi oleh pihak sekolah.

Pada Selasa 21 Oktober 2025, kasus dugaan perundungan terhadap siswa Sekolah Rakyat Kotim berinisial P (8) mulai menemukan titik terang. 

Nenek korban, A, menjelaskan bahwa cucunya sempat mengaku dipukul oleh teman sekelasnya saat sedang makan. Namun keluarga enggan memperpanjang masalah karena menilai pihak sekolah sudah berupaya menjaga anak-anak dengan baik.

A juga meluruskan bahwa video yang memperlihatkan P muntah bukan akibat perundungan, melainkan karena kondisi sakit.

Kepala Sekolah Rakyat, Nikkon Bhastari, menyampaikan bahwa P sebenarnya ingin segera kembali ke sekolah, hanya tertunda karena sakit, kini P sudah di sekolah.

Pihak sekolah menjadikan peristiwa ini sebagai bahan evaluasi agar terus berbenah dalam memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak. (ri)