Diduga Alami Perundungan, Siswa Sekolah Rakyat Kotim Enggan Kembali Sekolah

TINTABORNEO.COM, Sampit – Seorang siswa Sekolah Rakyat Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) berinisial P dikabarkan enggan kembali ke sekolah setelah diduga mengalami tindakan perundungan (bullying) dari teman sebayanya.
Informasi ini disampaikan oleh W, tante korban, yang menyebut keponakannya pulang dalam kondisi mata lebam dan mengaku sempat dipukul oleh teman satu sekolahnya.
“Iya benar, sering ribut sama temannya. Kemarin dijemput, matanya biru. Kata keponakan saya, dia ditampar sama temannya. Karena sering ribut, jadi dijemput pulang, takut terjadi apa-apa,” ujar W saat dikonfirmasi, Senin (20/10/2025).
Sementara itu, ibu korban berinisial N mengatakan bahwa sejak kecil anaknya memang tinggal bersama neneknya. Ia mengaku mendapat kabar bahwa P sedang sakit dan sempat muntah-muntah setelah kejadian tersebut.
“Bawah matanya biru saat dijemput. Kata neneknya, P diminta uang sama temannya, ngotot minta, dan marah kalau tidak dikasih,” ungkap N.
Menanggapi hal itu, Kepala Sekolah Rakyat Kotim Nikkon Bhastari menyampaikan bahwa pihaknya belum mengetahui secara pasti adanya dugaan perundungan tersebut. Ia menjelaskan, P sempat meminta izin pulang ke rumah neneknya di Jalan Kopi Sampit pada Sabtu lalu.
“Mungkin karena rindu dengan neneknya, jadi dia minta pulang. Sama wali asrama, kami beri izin tiga hari, Sabtu, Minggu, dan Senin. Tapi hari ini belum kembali ke sekolah. Besok kami akan tindak lanjuti dengan mengunjungi rumah neneknya di Sampit,” ujar Nikkon.
Nikkon menegaskan, berdasarkan rekaman CCTV, pihaknya belum menemukan indikasi adanya tindak kekerasan di lingkungan sekolah. Ia juga menuturkan bahwa P dikenal sebagai anak yang aktif dan ceria di sekolah.
“P itu anaknya aktif, suka bermain, bahkan sempat salto di hadapan Wakil Bupati Kotim saat kunjungan ke sekolah. Tapi kami memang tidak bisa memantau mereka terus-menerus di kamar,” tambahnya.
Ia juga menyoroti pentingnya pembinaan karakter dan perilaku sosial bagi siswa Sekolah Rakyat yang berasal dari berbagai daerah di pelosok.
“Anak-anak dari daerah pelosok ini kadang belum paham makna ejekan atau bercanda yang sehat. Jadi kami harus ekstra memberi pemahaman,” tuturnya.
Pihak sekolah berencana menggelar pertemuan dengan wali asrama dan keluarga P pada Selasa (21/10/2025) untuk membicarakan persoalan ini lebih lanjut serta mencari solusi agar P dapat kembali bersekolah dengan nyaman.
“Hari ini guru kami sudah ke rumah P, anaknya masih ada di sana. Besok kami akan kembali untuk mengajak P bisa kembali ke sekolah atau berbincang terkait masalah yang terjadi,” pungkasnya. (ri)