Dampak Banjir, Proses Belajar di SDN Kunjung Dipindahkan ke Rumah Warga

TINTABORNEO.COM, Sampit – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) turun tangan menangani dampak banjir rob yang melanda SDN Kunjung Lampuyang, Desa Lampuyang, Kecamatan Teluk Sampit. Akibat genangan yang belum surut dan ancaman buaya di sekitar sekolah, kegiatan belajar mengajar dievakuasi ke lokasi aman di rumah warga.
Langkah ini diambil setelah air pasang laut kembali merendam bangunan sekolah sejak awal pekan, dengan ketinggian mencapai 20–25 sentimeter. Kondisi tersebut mengganggu aktivitas belajar dan mengancam keselamatan siswa.
Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Multazam, mengatakan bahwa pihaknya bersama Dinas Pendidikan dan pemerintah desa telah berkoordinasi untuk mengevakuasi sementara dua rombongan belajar, yakni kelas 1 dan 2, dari gedung utama ke tempat yang lebih aman.
“Dua rombongan belajar kami geser sekitar 50 meter dari sekolah. Lokasinya di rumah milik Pak Samsudin, salah satu guru di desa itu. Halaman dan teras rumah beliau digunakan sebagai kelas darurat, dengan tambahan tenda ukuran 4 x 6 meter yang kami pasang,” ujar Multazam, Kamis (16/10/2025).
Menurutnya, keputusan ini diambil setelah adanya laporan warga tentang kemunculan buaya muara di sungai yang berjarak sangat dekat dari sekolah. Hewan predator tersebut sempat terlihat melintas di sekitar permukiman, sehingga pihaknya menilai perlu ada langkah antisipasi.
“Tadi malam kami sudah bicarakan penanganan darurat bersama pihak sekolah dan perangkat desa. Kami juga menyiapkan bahan untuk membuat barikade di sekitar lingkungan sekolah agar tidak ada potensi buaya naik ke darat,” ujarnya.
Dari total 73 siswa, belum semua dipindahkan ke tenda darurat. Sementara siswa di kelas lain masih belajar di ruang kelas utama yang lebih tinggi dari permukaan air, namun tetap dalam pengawasan ketat guru dan warga sekitar.
Kepala SDN Kunjung Lampuyang, Endra Wijaya, mengapresiasi langkah cepat BPBD Kotim yang membantu menyediakan tenda belajar darurat. Ia menyebut, situasi banjir rob kali ini sudah berlangsung dua pekan, dengan genangan yang tidak kunjung surut.
“Sudah dua kali dalam sebulan sekolah kami terendam. Kalau air pasang bersamaan dengan hujan, air cepat naik. Kami berterima kasih kepada BPBD dan pemerintah daerah yang sudah membantu agar anak-anak tetap bisa belajar dengan aman,” ujarnya.
Endra juga berharap pemerintah daerah dapat memberikan solusi jangka panjang berupa rehabilitasi bangunan sekolah atau pengurukan halaman agar tidak lagi menjadi langganan banjir rob.
“Kondisi sekolah sudah memprihatinkan. Kami hanya bisa memasang papan penghalang seadanya,” katanya.
BPBD Kotim memastikan akan terus melakukan pemantauan lapangan dan berkoordinasi lintas instansi untuk menjaga keselamatan warga, terutama anak-anak sekolah di kawasan pesisir selatan Kotim.
“Fokus kami bukan hanya menangani banjirnya, tetapi juga memastikan keamanan masyarakat dari ancaman satwa liar. Kami ingin proses belajar tetap berjalan tanpa mengorbankan keselamatan,” tutup Multazam. (ah)