Waspada Korsleting Listrik Dominasi Jadi Penyebab Utama Kebakaran di Kotim

TINTABORNEO.COM, Sampit – Kasus kebakaran yang belakangan terjadi di Kotawaringin Timur (Kotim) sebagian besar disebabkan oleh korsleting listrik. Hal itu diungkapkan Plt Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkarmat) Kotim, Atimaraahini.
Dijelaskannya, berdasarkan data yang dihimpun pihaknya, sekitar 70 sampai 80 persen kebakaran bangunan disebabkan oleh korsleting listrik. Hampir setiap bulan selalu ada peristiwa kebakaran yang dilaporkan dan harus ditangani.
“Hampir setiap bulan pasti ada. Walaupun dalam laporan itu ada grafik penyebab kebakaran, tapi hitungannya tetap kebakaran. Jadi konsentrasi utama kita memang pada masalah listrik,” ucap Atimaraahini, Kamis (4/9/2025).
Ia mencontohkan, kebiasaan masyarakat yang sering menumpuk colokan listrik menjadi salah satu pemicu korsleting. Peralatan listrik berdaya besar seperti kulkas, seharusnya tidak boleh digabungkan dengan colokan lain. Hal itu berisiko karena arus listrik yang besar tidak seimbang dengan ketahanan kabel.
“Kalau kulkas itu tidak boleh bergabung dengan colokan lain. Karena arusnya besar. Kalau dipaksa, ya bisa korslet,” jelasnya.
Atimaraahini mengingatkan, pemasangan listrik rumah tangga seharusnya dikerjakan oleh orang yang ahli. Bukan dilakukan sendiri tanpa pemahaman yang cukup. Kondisi stop kontak juga perlu diperhatikan, jangan sampai diletakkan di dekat benda-benda yang mudah terbakar.
“Kadang kita lihat, ada sekring yang bawahnya ada kertas atau benda lain yang mudah terbakar. Itu sangat berbahaya. Jadi harus betul-betul diperhatikan,” tambahnya.
Untuk mencegah kebakaran, pihaknya terus melakukan sosialisasi langsung ke masyarakat di berbagai kecamatan. Namun diakuinya, masih banyak warga yang kurang memperhatikan instalasi listrik di rumah, terutama saat bepergian.
“Kadang-kadang masyarakat itu lupa. Kalau mau berangkat, tidak dicek dulu. Padahal mereka sebenarnya paham, hanya kesadaran yang masih kurang. Banyak yang tahu soal listrik, tapi dalam pelaksanaannya sering lengah,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan, kebakaran akibat kompor gas hampir tidak ditemukan lagi dalam beberapa bulan terakhir. Dominasi penyebab kebakaran justru dari korsleting listrik.
“Atas kondisi ini, kami mendorong instansi vertikal yang terkait di bidang kelistrikan untuk lebih aktif memberikan edukasi karena mereka yang paham. Kami siap mendampingi mereka. Kalau semua pihak aktif, masyarakat lebih sadar, maka risiko kebakaran bisa diminimalkan,” pungkasnya. (ri)