Ternyata Tiga Smelter Asing Hendak Masuk Kotim, Satu Ujian Ini Jadi Penentu!

TINTABORNEO.COM, Sampit – Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kembali menjadi sorotan investor internasional. Tiga smelter berbasis bauksit, batubara, dan silika tengah direncanakan berdiri di daerah ini. Namun, sebelum gemuruh mesin industri terdengar, masih ada satu ujian besar yang harus dilalui: kajian teknis dan studi lingkungan.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kotim, Diana Setiawan, mengungkapkan bahwa rencana ini termasuk investasi penanaman modal asing (PMA) dari Tiongkok, China.
Dengan status tersebut, sebagian besar perizinan strategis seperti pabrik dan operasional berada di tangan pemerintah pusat. Meski begitu, daerah tetap memegang kendali pada perizinan bangunan dan aspek pendukung lain.
“Karena ini PMA, maka izin-izin utama ada di pusat. Tapi kewenangan daerah tetap penting, misalnya untuk bangunan dan fasilitas penunjang,” jelas Diana saat diwawancarai, Senin (22/9/2025).
Saat ini, investor masih melakukan penelitian kondisi lahan. Bukan soal akses laut yang sudah dianggap aman, melainkan kedalaman gambut di daratan yang menjadi pertimbangan serius. Lokasi yang disurvei pun tak main-main, mulai dari Cemeti, Pulau Hanaut, hingga Ujung Pandaran.
“Ketebalan gambut sangat menentukan biaya dan kelayakan pembangunan. Jadi ini masih dikaji secara detail,” tambah Diana.
Selain teknis, studi lingkungan juga menjadi sorotan. Diana menekankan pentingnya analisis dampak lingkungan (Amdal) yang lengkap sejak awal, termasuk rencana pengelolaan limbah berbahaya (B3). Bahkan, ia meminta seluruh rencana pendukung seperti listrik, hotel, hingga rumah sakit sudah masuk dalam dokumen perizinan sejak awal.
“Kami ingin perencanaan itu jelas dari hulu ke hilir. Jangan parsial. Kalau lengkap, pemerintah daerah bisa menilai dengan menyeluruh,” tegasnya.
Jika kajian rampung dan investasi ini terealisasi, dampaknya diperkirakan luar biasa. Selain menyerap ribuan tenaga kerja, keberadaan smelter akan mendorong pertumbuhan infrastruktur dan menghadirkan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Pemkab Kotim dan masyarakat pun kini menunggu, apakah hasil kajian lahan dan lingkungan akan membuka jalan bagi berdirinya industri raksasa yang bisa mengubah wajah ekonomi daerah ini. (ri)