Smelter Bauksit di Hanaut Mulai Digarap, Pemkab Minta CSR Jalan Seiring Investasi

<p>Kepala DPMPTSP Kotim, Diana Setiawan. (Dok: Apri) </p>
Kepala DPMPTSP Kotim, Diana Setiawan. (Dok: Apri)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Rencana pembangunan pabrik pengolahan bauksit (smelter) di Kecamatan Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), mulai menunjukkan progres. Investor asal Tiongkok yang juga memiliki smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tengah, berencana mendirikan cabang usahanya di wilayah ini.

Kehadiran industri besar tersebut diharapkan tidak hanya meningkatkan nilai tambah sektor pertambangan, tetapi juga memberi manfaat langsung bagi masyarakat sekitar, mulai dari infrastruktur hingga kesempatan kerja. 

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kotim, Diana Setiawan, menyampaikan bahwa pemerintah daerah menekankan agar tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dijalankan sejak awal.

“Bapak Bupati sudah minta agar program CSR langsung jalan. Salah satunya perbaikan akses jalan antar desa di Pulau Hanaut, supaya masyarakat bisa merasakan manfaat sebelum smelter beroperasi penuh,” kata Diana, Rabu (24/9/2025).

Ia menambahkan, pemerintah juga meminta tenaga kerja lokal diprioritaskan, terutama untuk posisi non-teknis. Sementara itu, kebutuhan pekerja teknis akan tetap disesuaikan dengan keahlian dan standar industri.

“Prioritas jelas masyarakat Kotim. Jadi, selain membangun industri, investasi ini sekaligus membuka lapangan kerja baru bagi warga,” ujarnya.

Lahan yang disiapkan untuk investasi sekitar 16 ribu hektare, meliputi tujuh desa di Pulau Hanaut. Namun, pemerintah bersama Badan Pertanahan Nasional (BPN) telah memastikan fasilitas umum, fasilitas sosial, dan jalur strategis seperti rencana jalan tembus Kotim–Katingan tidak termasuk dalam area investasi. Dengan begitu, pengembangan desa tetap terjaga di masa depan.

“Jadi luas yang dipakai nanti kemungkinan berkurang dari yang diajukan,” jelas Diana.

Proses ganti rugi tanah akan dilakukan dengan pendataan oleh tim desa dan kecamatan. Saat ini investor masih meneliti kondisi gambut di Pulau Hanaut hingga Ujung Pandaran. Jika dinilai kurang layak, lokasi alternatif tetap berada di wilayah Kotim sesuai kesepakatan pemerintah daerah, Gubernur Kalteng, Wakil Menteri Investasi, dan pihak investor.

Selain investor utama ini, ada dua perusahaan lain yang menyatakan minat untuk membangun smelter bauksit di Kotim. Namun, rencana tersebut masih tahap awal dan belum ada komunikasi resmi dengan pemerintah daerah.

“Target pembangunan smelter di Pulau Hanaut bisa rampung 2025. Bahkan tenaga ahli dari Tiongkok sudah sempat datang untuk survei. Pemerintah daerah akan terus mengawal agar semua berjalan sesuai aturan,” pungkasnya. (ri)