Plasma 20% Harga Mati, Warga Gelar Aksi di Depan Kantor Pemda Kotim

TINTABORNEO.COM, Sampit – Ratusan masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Plasma menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kamis (11/9/2025). Aksi tersebut berlangsung damai dan mendapat pengawalan ketat dari aparat keamanan.
Massa aksi memulai perjalanan dari Jalan S. Parman dengan berjalan kaki menuju Kantor Pemda Kotim. Mereka dikawal ketat oleh personel Polres Kotim serta aparat gabungan lainnya. Di bagian depan barisan aksi, sebuah mobil dilengkapi pengeras suara memandu langkah para peserta aksi sambil mengumandangkan yel-yel perjuangan.
Dalam orasinya, Audi Valen selaku perwakilan Aliansi menegaskan bahwa mereka menuntut Bupati Kotim untuk secara terbuka membacakan hasil mediasi yang sebelumnya telah dilakukan bersama masyarakat beberapa waktu lalu. .
“Jadi hari ini kita cukup mendengarkan orasi dari saya, dan kami meminta bapak Bupati Kotim untuk membacakan apa yang menjadi hasil mediasi kemarin,” tegas Audi Valen di hadapan massa aksi.
Aksi tersebut tidak hanya diikuti masyarakat, tetapi juga melibatkan perwakilan dari 23 koperasi yang menjadi bagian dalam aliansi. Mereka membawa berbagai spanduk dan poster dengan tulisan yang mencerminkan kekecewaan terhadap pemerintah daerah maupun perusahaan perkebunan.
Beberapa spanduk yang dibentangkan bertuliskan, “Plasma 20% Harga Mati”, “Perusahaan Diutamakan, Plasma Diabaikan. Ingin Masyarakat Sejahtera, Hanya Mimpi Komandan”, hingga “Aliansi Masyarakat Peduli Plasma Bersama Masyarakat Adat Akan Menggugat Bupati Kotim Karena Tidak Peduli dan Membiarkan Perusahaan Membabat Hutan Produksi.”
Massa aksi menilai bahwa keberadaan perusahaan perkebunan di Kotim seharusnya menjadi berkah bagi masyarakat, bukan justru menimbulkan konflik. Namun, hingga kini masyarakat menilai perusahaan lebih mementingkan keuntungan, sementara kewajiban plasma 20 persen sebagaimana diatur dalam regulasi belum sepenuhnya terealisasi.
Selain menyoroti masalah plasma, masyarakat juga menuntut perhatian lebih dari pemerintah daerah terhadap keberlangsungan hutan produksi yang menurut mereka terus tergerus akibat ekspansi perkebunan. Hal ini dianggap semakin memperburuk kondisi masyarakat yang selama ini bergantung pada hasil hutan.
Berita ini ditulis pada pukul 10.26 Wib, dimana selama aksi berlangsung, suasana tetap kondusif. Puluhan personel Polres Kotim bersama Satpol-PP, TNI dari Kodim 1015 Sampit, hingga Wadanyon B Pelopor Satbrimob Polda Kalteng terlihat berjaga untuk memastikan jalannya aksi aman dan tertib. (li)