Daya Beli Masyarakat Kotim Turun 40 Persen, KADIN Ingatkan Perlunya Solusi Ekonomi

Ketua KADIN Kotim, Susilo. (Foto: Apri)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Susilo, mengungkapkan kondisi ekonomi daerah saat ini sedang mengalami tekanan serius. Ia menyebut, daya beli masyarakat turun hingga 40 persen, sehingga diperlukan langkah konkret agar perekonomian kembali bergeliat.

“Sekarang kita tahu, daya beli masyarakat turun 40 persen. Ini fakta yang tidak bisa diabaikan. Artinya, pemerintah daerah bersama DPR dan pengusaha harus segera mencari solusi agar ekonomi kerakyatan bisa bangkit,” ujar Susilo, Selasa (16/9/2025).

Menurutnya, keberadaan retail modern tidak seharusnya dijadikan kambing hitam atas melemahnya ekonomi lokal. Sebab, sebagian besar retail modern yang berdiri di Kotim beroperasi dalam bentuk waralaba, dan pemiliknya justru warga lokal sendiri.

“Indomaret atau Alfamart itu waralaba. Pemiliknya sering kali masyarakat kita juga. Jadi tidak mungkin kita bermusuhan dengan mereka. Yang harus dipikirkan adalah bagaimana UMKM lokal bisa masuk ke jaringan retail modern tersebut,” jelasnya.

Susilo menekankan, yang paling penting adalah kebijakan pemerintah dalam menentukan zonasi pembangunan retail modern serta memberikan ruang bagi pasar tradisional. Hal ini sekaligus untuk memastikan persaingan usaha berjalan sehat dan tidak mematikan pedagang kecil.

Selain itu, ia juga menilai wacana moratorium izin retail modern memang memiliki sisi positif, namun harus melalui kajian mendalam. Jika diputuskan secara sepihak, justru bisa berdampak pada penurunan investasi dan memperburuk perekonomian Kotim.

“Moratorium itu bagus kalau tujuannya menjaga ekonomi kerakyatan, tapi jangan sampai gegabah. Harus dihitung apa dampak positif dan negatifnya. Kalau seluruh pengusaha waralaba cabut, ya ekonomi Kotim malah mundur,” tegasnya.

KADIN Kotim, lanjut Susilo, mendorong adanya kerja sama yang saling menguntungkan antara retail modern dengan UMKM. Dengan begitu, produk-produk lokal bisa masuk ke jaringan distribusi besar, sehingga perekonomian masyarakat dapat kembali tumbuh.

“Kalau produk UMKM bisa masuk ke rak-rak retail modern, insya Allah ekonomi rakyat hidup. Jadi bukan retail modern yang harus dimusuhi, tapi bagaimana kita mencari titik tengah agar semua bisa berjalan seimbang,” pungkasnya. (ri)