Bulog Stop Beli Gabah, Petani Menjerit

TINTABORNEO.COM, Sampit – Keluhan petani wilayah selatan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terkait hasil panen padi yang tidak lagi dibeli Bulog mendapat perhatian Wakil Ketua II DPRD Kotim, Rudianur. Kondisi itu terjadi justru saat musim panen raya berlangsung dengan produksi padi yang melimpah.
Menurut Rudianur, masyarakat di Desa Lampuyang awalnya sempat lega setelah pemerintah pusat melalui presiden menetapkan Bulog wajib membeli padi petani dengan harga Rp5.500 per kilogram. Namun, baru sebulan berjalan, pembelian dihentikan tanpa penjelasan yang jelas.
“Sekarang hasil panen melimpah, tapi Bulog berhenti membeli. Kami belum mengetahui alasan teknisnya, yang beredar hanya kabar gudang penuh,” ujar Rudianur, Rabu (24/9/2025).
Politisi Golkar itu menilai alasan gudang penuh seharusnya tidak menjadi hambatan. Menurutnya, Bulog bisa menambah kapasitas penyimpanan melalui kontrak atau menyewa gudang lain agar serapan gabah tetap berjalan.
Sejak Juli lalu, petani kembali kesulitan menjual hasil panennya. Bulog tak lagi melakukan pembelian, sehingga tengkulak dari Banjarmasin masuk membeli dengan harga rendah.
“Truk-truk dari Banjar sudah mulai masuk lagi, padahal pemerintah sudah menjamin Bulog membeli beras masyarakat. Sekarang justru ribuan hektare sawah panen melimpah, tapi yang diuntungkan malah pengusaha luar daerah,” ucapnya.
Situasi ini, lanjut Rudianur, membuat kesejahteraan petani sulit tercapai. Harga yang jatuh membuat mereka terpaksa menjual murah untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus modal tanam berikutnya. Ia menegaskan pemerintah pusat harus segera mengevaluasi agar Bulog kembali menyerap padi petani. (ri)