Wawasan Kebangsaan Jadi Benteng Indonesia di Tengah Gejolak Dunia

Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kotawaringin Timur, Eddy Hidayat Setiadi saat memaparkan materi Wawasan Kebangsaan pada HUT ke-33 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kotim, di Aula Lantai II Setda Kotim, Rabu (13/8/2025). (Foto: Apri)
TINTABORNEO.COM, Sampit – Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kotawaringin Timur, Eddy Hidayat Setiadi, mengingatkan bahwa di tengah meningkatnya ketegangan dan konflik global, wawasan kebangsaan menjadi benteng utama untuk menjaga persatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Peringatan ini disampaikannya saat mengisi materi Wawasan Kebangsaan pada HUT ke-33 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kotim, di Aula Lantai II Setda Kotim, Rabu (13/8/2025).
Ia menegaskan, dunia saat ini tidak sedang baik-baik saja. Berbagai perang dan ketegangan terus membara, mulai dari konflik Rusia-Ukraina yang didukung NATO, pertikaian Israel-Palestina, hingga ketegangan Israel-Iran yang memamerkan kekuatan rudal tercanggih.
“Di Asia Selatan, India dan Pakistan pernah bentrok hingga menjatuhkan pesawat tempur. Di ASEAN, Thailand dan Kamboja pun pernah berperang. Bahkan hubungan Malaysia dan Indonesia ikut memanas karena perebutan Blok Ambalat,” ujar Eddy.
Menurutnya, situasi ini menjadi pengingat penting jika perang atau ancaman datang, apakah warga negara siap membela tanah air, maka disinilah wawasan kebangsaan berperan.
“Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan, kesatuan bangsa, dan keutuhan wilayah,” jelasnya.
Eddy mengibaratkan kecintaan pada negara seperti hubungan dengan pasangan. “Sebelum rela berkorban, kita mengenal dulu kelebihannya. Kalau kita tahu Indonesia punya kekayaan alam, budaya, dan sejarah perjuangan luar biasa, cinta itu akan tumbuh. Kalau sudah cinta, kita pasti siap membela dan tidak rela negeri ini diusik,” katanya.
Indonesia, lanjutnya, adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau, peringkat ke-4 jumlah penduduk terbanyak, peringkat ke-15 negara terluas, dan kekuatan militer terbaik di Asia Tenggara.
“Ini modal besar yang harus kita jaga. Jangan sampai perbedaan suku, bahasa, atau kepentingan memecah belah kita,” tegasnya.
Eddy juga menyoroti peran semua elemen masyarakat, termasuk ASN dan wartawan. ASN yang berintegritas, disiplin, dan melayani tanpa diskriminasi adalah contoh nyata pengamalan wawasan kebangsaan. Begitu pula wartawan yang menyajikan berita faktual dan membangun persatuan.
Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat menanamkan wawasan kebangsaan mulai dari keluarga, sekolah, hingga tingkat nasional. Unsur-unsur penting seperti sejarah perjuangan bangsa, Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan keutuhan NKRI harus dipahami dan diamalkan.
“Kalau cinta pada Indonesia, kepentingan bangsa akan selalu di atas kepentingan pribadi. Persatuan dan keutuhan wilayah adalah harga mati, termasuk menjaga agar wilayah seperti Blok Ambalat tetap menjadi bagian dari NKRI,” pungkasnya. (ri)