Tradisi Mandi Safar, BKSDA Ingatkan Bahaya Buaya di Sungai Mentaya

Suasana Mandi Safar di Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotim, pada Rabu (20/8/2025) sore. (Foto: Apri)
TINTABORNEO.COM, Sampit – Ribuan warga di sepanjang pesisir Sungai Mentaya, Rabu (20/8/2025), kembali melaksanakan tradisi mandi safar. Ritual turun-temurun itu dilakukan setiap Rabu terakhir bulan Safar sebagai bentuk doa bersama menolak bala dan memohon keselamatan. Meski sarat nilai budaya, kegiatan yang berlangsung di perairan terbuka ini juga menyimpan potensi bahaya.
Sungai Mentaya dan sejumlah sungai lain di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dikenal sebagai habitat buaya muara. Kawasan tepian sungai yang kerap dipadati warga untuk mandi safar merupakan jalur satwa liar tersebut, bahkan beberapa titik tercatat pernah terjadi serangan terhadap manusia. Karena itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit mengingatkan masyarakat agar selalu meningkatkan kewaspadaan.
“Untuk warga yang melaksanakan acara mandi safar, kami menghimbau agar selalu berhati-hati, terutama untuk warga yang tinggal di tepian Sungai Mentaya di wilayah Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara, Pulau Hanaut, Mentawa Baru Ketapang, dan Kecamatan Seranau. Termasuk juga di Sungai Cempaga wilayah perairan Kecamatan Cempaga,” kata Komandan BKSDA POS Sampit, Muriansyah saat dikonfirmasi, Rabu (20/8/2025).
Data BKSDA mencatat, sejak tahun 2010 hingga Agustus 2025 telah terjadi 53 kasus serangan buaya di perairan Kotim. Rinciannya, Mentaya Hilir Selatan 16 kasus, Teluk Sampit 13 kasus, Seranau 8 kasus, Mentaya Hilir Utara 4 kasus, Pulau Hanaut 5 kasus, Cempaga 4 kasus, serta Mentawa Baru Ketapang 3 kasus. Angka tersebut menunjukkan sebagian besar wilayah pesisir sungai memang rawan terhadap ancaman buaya.
Muriansyah menekankan agar masyarakat tidak menyepelekan ancaman tersebut. Lokasi yang kini digunakan untuk mandi safar disebut juga merupakan titik kemunculan buaya.
“Daerah perairan tersebut adalah lokasi kemunculan sekaligus rawan serangan buaya. Kami berharap masyarakat tidak lengah, karena buaya bisa muncul kapan saja,” tandasnya. (ri)