Pesan Pelestarian Alam di Balik Serunya Lomba Mangaruhi Iwak di Kotim

Lomba mangaruhi iwak di halaman kantor Dinas Perikanan Kotim, Rabu (27/8/2025). (Foto : Andri)

TINTABORNEO.COM, Sampit – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menggelar lomba tradisional mangaruhi iwak dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Rabu (27/8/2025). Tak sekadar hiburan, kegiatan yang diinisiasi Dinas Perikanan ini juga sarat dengan pesan pelestarian alam dan kearifan lokal.

Wakil Bupati Kotim, Irawati, yang turut hadir menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya ajang seru-seruan atau mempererat silaturahmi antar-OPD dan instansi vertikal, melainkan juga bentuk edukasi kepada masyarakat.

“Alhamdulillah hari ini kita melaksanakan lomba mangaruhi. Selain untuk memeriahkan HUT RI dan mempererat kebersamaan, ada pesan penting dari kegiatan ini. Dulu nenek moyang kita sudah mengajarkan cara menangkap ikan dengan cara tradisional tanpa merusak alam,” kata Irawati.

Ia mengingatkan bahwa praktik-praktik merusak seperti menggunakan racun, setrum, atau bahan kimia untuk menangkap ikan tidak hanya membahayakan ekosistem, tetapi juga mengancam keberlanjutan sumber daya perikanan.

“Kalau kita hanya mau instan, lama-lama ikan akan habis. Padahal alam Kalimantan, terutama perairannya, sangat kaya. Kalau kita tidak menjaga, generasi mendatang tidak akan bisa menikmatinya lagi,” tegasnya.

Melalui kegiatan ini, Dinas Perikanan juga ingin menegaskan kembali nilai gotong royong dalam menjaga lingkungan hidup. Peserta diwajibkan membawa pasangan masing-masing, sehingga selain menjadi ajang olahraga tradisional, lomba juga mempererat hubungan keluarga dan kebersamaan.

Pemerintah daerah mengajak masyarakat untuk kembali meneladani cara-cara bijak yang diwariskan leluhur dalam memanfaatkan alam. “Mari kita jaga bersama kelestarian alam kita. Menangkap ikan bukan berarti harus merusak habitatnya. Kearifan lokal seperti mangaruhi ini adalah bukti bahwa manusia bisa hidup berdampingan dengan alam,” ujar Irawati.

Dengan mengangkat nilai tradisi dan pesan pelestarian lingkungan, lomba mangaruhi iwak menjadi lebih dari sekadar perayaan HUT RI, tetapi juga refleksi pentingnya menjaga kekayaan alam Kotim untuk masa depan. (dk)