Kolaborasi Lintas Sektor Jadi Kunci Hadapi Ancaman Karhutla di Kotim

Wakil Bupati Kotim, Irawati saat mengecek kesiapan peralatan BPBD Kotim dalam penanganan Karhutla di Kotim, pada Senin (4/8/2025). (Foto: Apri)
TINTABORNEO.COM, Sampit – Wakil Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Irawati, menegaskan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang semakin nyata seiring memasuki musim kemarau di wilayah tersebut.
Pernyataan ini disampaikan usai Pemerintah Kabupaten Kotim menetapkan status siaga darurat karhutla selama 90 hari, terhitung sejak 1 Agustus hingga 29 Oktober 2025. Status tersebut dikeluarkan menyusul terpantau 130 titik panas dan 19,63 hektare lahan yang terbakar hingga akhir Juli berdasarkan data BMKG.
“Kami meminta seluruh stakeholder, baik dari OPD, TNI-Polri, BPBD, Manggala Agni, hingga masyarakat, untuk saling bersinergi. Tidak mungkin hanya satu pihak yang bekerja, kita harus bahu-membahu dalam penanggulangan karhutla,” kata Irawati, Selasa (5/8/2025).
Ia menekankan bahwa penanganan karhutla bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi membutuhkan dukungan dunia usaha dan partisipasi aktif masyarakat di tingkat akar rumput.
Upaya pencegahan, menurutnya, harus dilakukan sejak dini, mulai dari patroli rutin, edukasi langsung kepada warga, hingga penyebaran informasi melalui kanal sosial dan media lokal. Pendekatan persuasif dinilai efektif untuk mencegah kebiasaan membakar lahan.
Irawati juga menyoroti pentingnya mengoptimalkan peran posko siaga dan pos lapangan yang telah diaktifkan di delapan kecamatan rawan, seperti Teluk Sampit, Pulau Hanaut, Parenggean, dan lainnya. Kehadiran Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan masyarakat peduli api (MPA) menjadi garda terdepan dalam pencegahan di lapangan.
“Koordinasi lintas sektor harus dijaga. Kesiapan peralatan, logistik, dan sumber daya manusia juga harus dipastikan selalu siap kapan saja,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menyoroti tantangan kemarau yang kian memperparah kondisi di lapangan. Lahan yang kering dan terbatasnya sumber air membuat proses pemadaman bisa lebih sulit jika tidak dilakukan secara cepat dan tepat.
“Karena itu, pemantauan dan deteksi dini menjadi sangat krusial. Jangan tunggu api membesar, bertindaklah segera jika terdeteksi titik api sekecil apa pun,” tegasnya.
Irawati menyampaikan apresiasi atas keterlibatan aktif semua pihak sejauh ini. Ia berharap, semangat kolaborasi ini terus dijaga agar bencana kebakaran tidak meluas dan dapat dikendalikan dengan baik. (ri)