Hotspot di Kotim Capai 63 Titik di Juli 2025

<p>Kepala BMKG Kotim, Mulyono Leo Nardo saat diwawancarai. (Foto: Apri) </p>
Kepala BMKG Kotim, Mulyono Leo Nardo saat diwawancarai. (Foto: Apri)
Bagikan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Sepanjang Juli 2025, sebanyak 63 titik panas atau hotspot terpantau di sejumlah wilayah di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Data tersebut diungkapkan langsung oleh Kepala BMKG Kotim, Mulyono Leo Nardo. 

Diketahui, hotspot terbanyak terdeteksi di Kecamatan Antang Kalang dengan 14 titik, disusul Telaga Antang (12 titik), Mentaya Hulu (11 titik), dan Tualan Hulu (7 titik). 

Sementara itu, Bukit Santuai dan Telawang masing-masing mencatat 4 titik. Kecamatan lain seperti Cempaga, Kota Besi, dan Teluk Sampit masing-masing terdapat 2 titik, serta Baamang, Cempaga Hulu, Parenggean, Mentaya Hilir Utara, dan Pulau Hanaut masing-masing 1 titik.

“Total sepanjang 2025 hingga akhir Juli ini, jumlah hotspot di Kotim sudah mencapai 125 titik. Tertinggi tetap di Antang Kalang dengan 23 titik, diikuti Telaga Antang 20 titik, dan Mentaya Hulu 18 titik,” jelas Leo Nardo, Jumat (1/8/2025). 

Ia juga menjelaskan bahwa kondisi atmosfer Indonesia saat ini berada pada fase netral. Suhu permukaan laut di kawasan Pasifik hanya berada pada indeks 0,05, menandakan tidak terjadinya fenomena El Niño maupun La Niña. Kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) juga netral, sehingga tidak ada dorongan tambahan curah hujan secara signifikan.

“Karena atmosfer masih netral, potensi hujan tetap rendah. Sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Kalimantan Tengah, masih mengalami kondisi kering,” terangnya.

BMKG juga mencatat hari tanpa hujan (HTH) terpanjang secara nasional terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan durasi 73 hari. Sedangkan di Kalimantan Tengah bagian selatan, termasuk selatan Kotim, tercatat mengalami HTH selama 11 hari. Namun secara umum, kategori HTH di Kotim masih tergolong sangat pendek.

Berdasarkan pantauan pertumbuhan awan hujan, kondisi pada 1 Agustus diperkirakan terjadi peningkatan potensi hujan, terutama di wilayah utara Kotim yang ditandai warna hijau tua. Potensi hujan meningkat pada 2 sampai 5 Agustus 2025.

“Dengan kondisi cuaca seperti ini, kami mengimbau masyarakat dan pemangku kepentingan untuk tetap waspada terhadap potensi kebakaran lahan dan hutan,” ujarnya. 

Sebagai bentuk antisipasi, Pemerintah Kabupaten Kotim telah menetapkan status siaga darurat karhutla selama 90 hari, terhitung mulai 1 Agustus hingga 29 Oktober 2025. Penetapan itu diputuskan dalam rapat koordinasi lintas sektor yang digelar di Kantor BPBD Kotim. (ri)