Dishub Warning Batas Tonase Kendaraan Selama Perbaikan Jembatan Lenggana

Nampak kendaraan yang melintas di Jalan Alternatif Jembatan Sei Lenggana Jalan Jendral Sudirman Km 21, Jumat (8/8/2025). (Foto: Ist)
TINTABORNEO.COM, Sampit – Plt Kepala Dinas Perhubungan Kotim, Raihansyah, menegaskan bahwa pembangunan Jembatan Sei Lenggana di Jalan Jenderal Sudirman Km 21 saat ini merupakan kegiatan pemerintah pusat melalui Balai Jembatan dan Jalan Nasional, bukan proyek pemerintah kabupaten.
Meski begitu, pihaknya memastikan bahwa Dishub Kotim bersama Satlantas Polres Kotim tetap memberikan dukungan penuh demi kelancaran arus lalu lintas di jalur tersebut.
Menurut Raihansyah, sejak awal uji coba jalur alternatif, beberapa insiden sempat terjadi di lapangan. Salah satunya ketika ada truk yang mengalami masalah mesin di tengah jembatan alternatif sehingga menghambat pergerakan kendaraan.
“Awalnya pada saat uji coba itu ada truk yang trouble di tengah jalan. Setelah kami evaluasi, jalur alternatif memang harus diperbaiki, dan perbaikan dilakukan sambil berjalan,” ujarnya, Jumat (8/8/2025).
Lebih lanjut, ia mengingatkan kembali kepada seluruh pengemudi angkutan, terutama yang melintas di jalur Sei Lenggana, untuk mematuhi batas tonase. “Ini jalur sementara sampai awal Desember, sesuai kontrak proyek. Mohon semua sopir saling mengingatkan. Ini bukan hanya tugas pemerintah atau kepolisian, tapi tugas bersama. Kalau semua tertib, arus lalu lintas akan lancar,” katanya.
Ia menambahkan, kejadian yang cukup mengganggu arus lalu lintas juga terjadi ketika jembatan ambruk akibat muatan truk yang melebihi kapasitas.
“Ini masalahnya di sini. Kami dari Dishub menghimbau seluruh perusahaan yang memiliki armada angkutan agar benar-benar memperhatikan muatan, terutama tonase. Jangan sampai berlebihan, karena dampaknya merugikan pengguna jalan lain. Contohnya kemarin, jembatan ambruk karena truk tangki plat luar KH, dan akibatnya antrean panjang,” tegasnya.
Sebagai langkah antisipasi, Dishub bersama pihak terkait telah menyiapkan jalur alternatif melalui jalan perkebunan sawit dari Km 18 tembus ke Km 21. Namun jalur ini tidak dibuka secara umum setiap saat.
“Kami juga harus memperhatikan keamanan kebun sawit tersebut. Musim kemarau ini berisiko tinggi kebakaran kalau ada sopir yang buang puntung rokok sembarangan. Jadi jalur itu hanya digunakan untuk kondisi darurat seperti ambulans atau kendaraan prioritas lainnya, terutama jika terjadi gangguan di jembatan,” jelasnya.
Raihansyah mengungkapkan, kemacetan panjang yang sempat viral di media sosial sebenarnya terjadi hanya saat perbaikan jembatan alternatif.
“Kemarin penutupan sekitar tiga jam karena perbaikan, jadi antreannya panjang. Tapi setelah itu lancar lagi. Kalau hari-hari biasa, antreannya tidak terlalu banyak. Pengaturan arus lalu lintas cukup 15 menit bergantian tiap sisi dan berjalan lancar,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa kontraktor diminta segera memperbaiki bagian jembatan yang mengalami kerusakan, baik pengurugan maupun perbaikan kayu penyangga, agar arus lalu lintas segera kembali normal.
“Kemarin perbaikan makan waktu tiga jam, jadi antreannya panjang. Tapi setelah itu, jalan kembali lancar. Jadi kemacetan parah itu hanya saat perbaikan,” ucapnya.
Raihansyah juga menyoroti bahwa Jalan Jenderal Sudirman merupakan jalur strategis yang menghubungkan antarprovinsi, termasuk ke Kalimantan Barat, sehingga beban lalu lintasnya sangat padat.
“Kalau memang ada perbaikan, mohon pengertian para sopir. Bisa istirahat di rest area dulu, jangan memaksakan lewat dengan muatan berlebih. Kami tetap melakukan pengawasan, tapi kalau sudah dari luar kota dan muatannya melebihi kapasitas, ini yang jadi kendala,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa, pihak kontraktor telah menyiapkan alat berat, material urugan, dan perlengkapan perbaikan 24 jam di lokasi.
“Kalau ditemukan kerusakan, langsung diperbaiki. Ini supaya tidak terjadi antrean panjang. Prinsipnya, setiap gangguan harus segera ditangani agar jalur tetap aman dan lancar,” tutupnya. (ri)