Antisipasi Karhutla, BPBD Kotim Siapkan Embung Portabel dan Regu Taktis Siaga Penuh

Kepala BPBD Kotim, Multazam. (Dok: Apri)
TINTABORNEO.COM, Sampit – Menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terus mengintai di tengah musim kemarau panjang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) bergerak cepat dengan memperkuat strategi pencegahan dan penanganan langsung di lapangan.
Salah satu langkah inovatif yang kini diterapkan adalah penyediaan embung portabel yang menjadi sumber air berkapasitas besar yang bisa dipindahkan mendekati titik api guna mendukung efisiensi operasi pemadaman.
Kepala BPBD Kotim, Multazam, menyebut pihaknya telah menyusun skema penanganan berbasis taktis yang mengedepankan kecepatan dan kelincahan. Ini mencakup penguatan regu pemadam yang sudah terlatih, pemetaan lokasi rawan, hingga penempatan titik-titik embung di lokasi strategis.
“Sudah kami siapkan beberapa titik embung dan monitoring terus kami lakukan. Reaksi cepat juga sudah dijalankan. Regu kami sudah terlatih, mereka bergerak dengan keterbatasan, namun tetap mampu mengatasi kondisi di lapangan,” ujar Multazam, Minggu (3/8/2025).
Keberadaan embung portabel menjadi kunci penting dalam strategi ini. Embung ini dapat digunakan sebagai titik top-up cepat bagi mobil tangki air yang harus terus bolak-balik ke lokasi api. Hanya dalam waktu 10 menit, embung berkapasitas 4.000 liter bisa terisi penuh dan langsung mendukung proses pemadaman.
“Embung portabel bisa kita taruh di belakang area kebakaran. Jadi kalau mau isi ulang, tidak perlu kembali jauh ke sumber utama. Ini sangat efisien,” jelasnya.
Namun demikian, jarak antara lokasi karhutla dan sumber air tetap menjadi tantangan tersendiri. Karena itu, BPBD juga tengah memetakan titik-titik air alternatif yang berada lebih dekat dan lebih dalam dari lokasi utama.
“Kalau ternyata embung utama terlalu jauh, kita akan cari sumber air di titik yang lebih dekat. Ini untuk menghemat waktu dan tenaga di tengah situasi darurat,” tambah Multazam.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa strategi ini akan terus dievaluasi dan disesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan. Ia menekankan bahwa karhutla bukan hanya bencana musiman, melainkan ancaman serius yang bisa muncul kapan saja jika tidak ditangani dengan perencanaan matang dan aksi cepat.
“Dengan kesiapan regu dan inovasi taktis seperti embung portabel, kami berharap dapat mengurangi dampak karhutla yang kerap melumpuhkan aktivitas masyarakat, sekaligus melindungi ekosistem hutan dari kerusakan yang lebih luas,” tandasnya. (ri)