Sungai Mentaya Tak Lagi Aman: Lima Warga Kotim Jadi Korban Buaya dalam Tujuh Bulan

Komandan BKSDA Pos Sampit, Muriansyah. (Foto: Ist)
TINTABORNEO.COM, Sampit – Serangan buaya kembali menyita perhatian publik di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Hingga Juli 2025, tercatat sudah lima kasus serangan buaya terhadap manusia di wilayah ini. Angka tersebut memicu kekhawatiran baru, terlebih sebagian besar serangan terjadi di kawasan permukiman dekat perairan.
Kasus terbaru menimpa Nursehan (63), warga Desa Bagendang Permai, Kecamatan Mentaya Hilir Utara. Ia diserang buaya saat berada di sekitar sungai pada Senin (21/7) sekitar pukul 05.00 WIB. Serangan ini memperpanjang daftar konflik manusia dengan predator air tersebut sepanjang tahun berjalan.
“Ini adalah serangan kelima selama 2025, semuanya terjadi di sekitar habitat alami buaya. Mayoritas pelakunya adalah buaya muara,” ungkap Komandan BKSDA Pos Sampit, Muriansyah, Jumat (25/7/2025).
Data BKSDA Kalimantan Tengah menunjukkan, dari tahun 2010 hingga pertengahan 2025, sudah terjadi 54 serangan buaya terhadap manusia di wilayah Kalimantan Tengah, khususnya di Kotim. Dari total itu, 46 kasus melibatkan buaya muara (Crocodylus porosus), dan 8 kasus sisanya melibatkan buaya sapit (Tomistoma schlegelii).
“Delapan dari total kasus itu berujung pada kematian, sisanya korban mengalami luka-luka dengan tingkat keparahan berbeda,” jelas Muriansyah.
Ia menambahkan, lonjakan kasus tahun ini tidak bisa dilepaskan dari aktivitas manusia yang makin dekat dengan habitat buaya. Mandi, mencuci, hingga membuat kandang ternak di tepi sungai membuat buaya merasa terganggu dan terpicu untuk menyerang.
Menurutnya, buaya muara memiliki karakter sangat teritorial dan agresif, apalagi jika merasa terancam atau menemukan makanan seperti ayam dan bebek yang biasa ditaruh warga di pinggir sungai.
“Serangan bisa dicegah jika masyarakat lebih waspada dan tidak mengganggu zona hidup buaya. Kami terus lakukan sosialisasi dan pemasangan peringatan,” katanya.
Sebagai langkah antisipasi, BKSDA Kalteng terus meningkatkan patroli di daerah rawan konflik serta mengimbau warga untuk melapor jika melihat kemunculan buaya di sekitar permukiman.
“Kita semua punya tanggung jawab menjaga keselamatan sekaligus kelestarian. Habitat buaya perlu dihormati, bukan dimasuki sembarangan,” tandasnya. (ri)