Perangi Narkoba, BNK Kotim Tekankan Peran Aktif Keluarga dan Lingkungan

Plh Kepala BNK Kotim, Rihel. (Foto: Ist)
TINTABORNEO.COM, Sampit – Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Kotawaringin Timur (Kotim) menekankan pentingnya peran aktif keluarga dan masyarakat dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, terutama di kalangan generasi muda dan masyarakat pedalaman.
Hal itu disampaikan Pelaksana Harian (Plh) Kepala BNK Kotim, Rihel, menyikapi masih tingginya potensi peredaran narkoba di daerah tersebut.
“Kalau masyarakat tertutup dan enggan melapor, maka yang tertangkap hanya pengedar kecil. Padahal untuk mengungkap jaringan besar, aparat memerlukan informasi yang benar-benar akurat,” kata Rihel, Selasa (15/7/2025).
Ia menegaskan bahwa pemberantasan narkoba tidak cukup hanya mengandalkan aparat penegak hukum. Dukungan dari lingkungan keluarga, tokoh masyarakat, dan sekolah menjadi kunci penting dalam memutus rantai peredaran barang haram itu.
“Kami terus mendorong keluarga, terutama orang tua, agar peduli dan terbuka. Jika menemukan anggota keluarga yang mulai menyalahgunakan narkoba, segera laporkan untuk proses rehabilitasi, bukan untuk dihukum. Ini soal menyelamatkan masa depan,” tegasnya.
BNK Kotim juga mengungkapkan adanya pola pikir keliru di sebagian masyarakat yang menganggap narkoba sebagai penambah tenaga atau “obat kuat”.
“Informasi yang kami terima menyebutkan bahwa narkoba sering digunakan untuk menambah stamina saat bekerja di kebun atau hutan. Ini tentu sangat membahayakan dan menunjukkan kurangnya pemahaman,” ujarnya.
Untuk itu, BNK aktif melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, terutama saat kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Edukasi ini bertujuan membentengi para pelajar dari pengaruh narkoba sejak dini.
“Beberapa waktu lalu kami sosialisasi ke SMKN 1 Kota Besi, SMKN 4 Sampit, SMKN 1 Cempaga, dan SMKN 1 Mentaya Hilir Selatan. Pelajar merupakan sasaran empuk peredaran, karena itu pencegahan harus dilakukan dari awal,” kata Rihel.
Ia juga menyoroti tantangan pengawasan di Kotim yang memiliki akses darat dan laut terbuka, serta jumlah penduduk yang besar, yang memperkuat potensi masuknya narkoba.
“Dengan posisi sebagai daerah perlintasan, pengawasan sangat sulit tanpa informasi dari masyarakat. Apalagi pengedar biasanya bekerja dalam sistem tertutup dan menggunakan jalur-jalur tersembunyi,” pungkasnya. (ri)