Penanganan Sampah di PPM Sampit Jadi Perhatian Khusus

|
<p>Wabup Kotim, Irawati saat meninjau penumpukan sampah di Pusat Perbelanjaan Sampit, Rabu (23/7/2025). (Foto : Apri)</p>

Wabup Kotim, Irawati saat meninjau penumpukan sampah di Pusat Perbelanjaan Sampit, Rabu (23/7/2025). (Foto : Apri)


TINTABORNEO.COM, Sampit – Penumpukan sampah di kawasan Pasar Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Sampit telah menjadi sorotan pemerintah daerah, khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan pengelola pasar, setelah berbagai keluhan masyarakat.

“Tujuan kita satu, yaitu menata kebersihan Pasar PPM agar tidak ada lagi sampah berserakan, terutama di trotoar,” tegas Wakil Bupati Kotim, Irawati, Rabu (23/7/2025).

Irawati mengungkapkan pada Selasa (22/7/2025) lalu telah menggelar rapat koordinasi penanganan sampah di kawasan Pasar PPM, bertempat di Ruang Rapat Gedung B Kantor Bupati.

Rapat dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Kotim, Irawati, didampingi Pj Sekda Kotim, Masri dan diikuti oleh sejumlah perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. 

Fokus utama pertemuan ini adalah mencari solusi konkret untuk pengelolaan sampah yang lebih efektif, khususnya di area Pasar PPM, yang dikenal sebagai pusat aktivitas ekonomi masyarakat Sampit.

Dari hasil rapat, terdapat beberapa poin penting yang disepakati, di antaranya penetapan penanggung jawab wilayah oleh masing-masing OPD, Optimalisasi proses pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Pengawasan ketat terhadap waktu dan titik pembuangan sampah.

Rapat ini merupakan bagian dari rangkaian upaya Pemkab dalam mewujudkan pasar yang bersih, nyaman, dan sehat bagi masyarakat maupun pedagang. Selain itu, pemerintah daerah juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas instansi serta partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.

“Kesadaran bersama menjadi kunci. Kami berharap semua pihak, baik pemerintah maupun warga, bisa bekerja sama agar kota kita menjadi lebih tertib dan bersih,” tambah Irawati.

Pemkab Kotim menegaskan bahwa penanganan sampah bukan hanya soal teknis, melainkan juga soal budaya dan kedisiplinan. Oleh karena itu, berbagai pendekatan akan terus dilakukan untuk membangun kesadaran kolektif demi menciptakan lingkungan yang lebih baik. (ri)