Meski Turun Hujan, BMKG Pastikan Kotim Telah Masuki Puncak Kemarau

Kepala BMKG Bandara H Asan Sampit, Mulyono Leo Nardo. (Foto : Adi)
TINTABORNEO.COM, Sampit – Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kini resmi memasuki musim kemarau. Hal ini dipastikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara H Asan Sampit setelah mencatat penurunan curah hujan secara konsisten dalam beberapa pekan terakhir.
“Dari dasarian ketiga Juni hingga dasarian kedua Juli 2025, curah hujan tercatat di bawah 50 milimeter. Itu artinya secara klimatologis Kotim telah masuk musim kemarau,” jelas Kepala BMKG Bandara H Asan Sampit, Mulyono Leo Nardo, Selasa (22/7/2025).
Ia menambahkan bahwa secara klimatologi, musim kemarau ditandai dengan tiga dasarian berturut-turut di mana curah hujan tidak melebihi 50 milimeter. Posisi matahari yang kini berada di bagian utara bumi juga menjadi faktor yang memperkuat kondisi panas di wilayah selatan seperti Kotim.
“Posisi matahari sejak 23 Juni hingga akhir Juli ini masih berada di belahan utara bumi, sehingga wilayah kita terasa lebih panas. Puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi pada Agustus nanti,” kata Mulyono.
Kondisi tersebut mulai memunculkan dampak. Pagi tadi, BMKG mendeteksi adanya dua titik panas (hotspot) di Desa Hanjalipan, Kecamatan Kota Besi. Ini menjadi sinyal awal terjadinya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah tersebut.
“Dua hotspot terpantau di Hanjalipan. Kemarin belum ada, tapi pagi ini sudah muncul. Ini karena cuaca kita yang semakin panas dalam beberapa hari terakhir,” ungkapnya.
Meski langit tampak mendung, hujan belum kunjung turun. Mulyono pun mengingatkan masyarakat agar tidak lengah dan meningkatkan kewaspadaan, terutama terhadap aktivitas yang dapat memicu kebakaran.
“Kami imbau masyarakat untuk tidak bermain api, apalagi membakar sampah atau membuka lahan dengan cara membakar. Cuaca seperti sekarang sangat rawan,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia mengajak semua pihak, termasuk petani dan pelaku usaha kehutanan, agar lebih memahami kondisi cuaca saat ini dan ikut berperan dalam upaya pencegahan kebakaran.
“Musim kemarau bukan hanya soal panas, tapi juga soal potensi bencana. Jadi kesadaran dan kepedulian kita bersama sangat penting untuk menjaga lingkungan tetap aman,” tandasnya. (ad)