Konflik Manusia–Satwa: BKSDA Kotim Gerak Cepat Pasang Perangkap di Bapanggang Raya

Petugas dari BKSDA dan TNI saat memasang perangkap beruang, beberapa waktu lalu. (Foto: Ist BKSDA Sampit)
TINTABORNEO.COM, Sampit – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit menyiapkan satu unit perangkap aktif sebagai langkah antisipatif atas potensi kemunculan kembali beruang madu di kawasan permukiman warga Desa Bapanggang Raya, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).
Kepala Pos BKSDA Sampit, Muriansyah, mengatakan bahwa perangkap tersebut akan segera dipasang jika ada laporan terbaru dari warga terkait keberadaan satwa dilindungi itu di sekitar lokasi.
“Jika beruang terlihat lagi, kami siap pasang perangkap ukuran sedang di lokasi,” ujar Muriansyah, Minggu (20/7/2025).
Menurutnya, saat ini pihaknya memiliki dua jenis perangkap untuk beruang, yaitu perangkap sedang untuk menangkap beruang remaja, dan perangkap jenis plat atau kotak yang biasanya digunakan untuk beruang dewasa.
Pemasangan alat perangkap tersebut dilakukan secara selektif untuk menghindari risiko benturan antara warga dan satwa liar. “Kami akan pasang jika kemunculan beruang kembali terdeteksi. Ini untuk mencegah konflik langsung,” jelasnya.
Selain bersiaga dengan perangkap baru, BKSDA juga mengevakuasi satu unit perangkap lama dari Desa Mekarti Jaya, Kecamatan Pulau Hanaut. Perangkap itu sebelumnya terpasang sejak delapan bulan lalu menyusul kemunculan beruang madu di daerah tersebut.
“Selama delapan bulan terakhir, beruang tidak muncul lagi, sehingga perangkap kami bawa kembali untuk dibersihkan dan diperiksa,” terangnya.
Evakuasi dilakukan dengan bantuan personel Koramil Pulau Hanaut dan anggota Polair Polda Kalimantan Tengah. Proses transportasi menggunakan kendaraan roda tiga dan perahu penyeberangan sungai.
Muriansyah juga kembali mengingatkan masyarakat untuk tidak bertindak sendiri apabila kembali melihat keberadaan satwa liar tersebut.
“Laporkan segera ke kami. Penanganan satwa liar memerlukan pendekatan yang tepat agar tidak membahayakan manusia maupun hewannya,” tegasnya. (ri)