Dua Titik Panas Terpantau di Hanjalipan, BMKG Peringatkan Potensi Karhutla

|
<p>Kepala BMKG Kotim, Mulyono Leo Nardo. (Foto: Apri) </p>

Kepala BMKG Kotim, Mulyono Leo Nardo. (Foto: Apri) 


TINTABORNEO.COM, Sampit – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mendeteksi dua titik panas (hotspot) di wilayah Desa Hanjalipan, Kecamatan Kota Besi. Temuan ini menjadi sinyal awal meningkatnya risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah tersebut.

“Kalau kemarin belum ada, tapi pagi ini kami mendeteksi dua titik panas di Desa Hanjalipan. Ini menunjukkan potensi karhutla mulai muncul karena cuaca dalam beberapa hari terakhir cukup panas,” ujar Kepala BMKG Kotim, Mulyono Leo Nardo, Rabu (23/7/2025).

Mulyono juga mengonfirmasi bahwa wilayah Kotim secara resmi telah memasuki musim kemarau. Berdasarkan data curah hujan dari dasarian ketiga Juni hingga dasarian kedua Juli 2025, angka curah hujan tercatat di bawah 50 milimeter dengan indikator klimatologis bahwa musim kemarau telah dimulai.

“Berdasarkan pantauan kami dari Juni dasarian 3 sampai Juli dasarian 2 ini, curah hujan sudah di bawah 50 milimeter. Secara klimatologi, ini menandakan Kotim telah memasuki musim kemarau,” terangnya.

Ia menjelaskan, wilayah selatan Kalimantan Tengah, termasuk Kotim, cenderung lebih awal memasuki musim kemarau. Puncak kemarau diperkirakan akan terjadi pada Agustus 2025, seiring posisi matahari yang masih berada di belahan bumi utara hingga akhir Juli.

“Puncaknya nanti tetap di bulan Agustus. Saat ini, posisi matahari masih di belahan bumi utara sejak 23 Juni kemarin, sehingga wilayah kita mengalami cuaca yang lebih panas,” jelasnya.

Mulyono menambahkan, meskipun dalam beberapa hari terakhir cuaca sempat mendung, namun belum ada indikasi kuat akan turunnya hujan dalam waktu dekat. Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran lahan.

“Kami mengimbau masyarakat agar tetap waspada. Jangan bermain api sembarangan, apalagi di sekitar lahan kering. Karena sedikit saja percikan bisa memicu kebakaran yang meluas,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya pemahaman terhadap kondisi iklim saat ini, terutama bagi petani, pemilik lahan, serta pelaku usaha di sektor kehutanan dan pertanian agar lebih bijak dalam beraktivitas selama musim kemarau.

“Pemahaman terhadap musim dan potensi bencana menjadi kunci untuk meminimalkan risiko. Kita semua harus sama-sama menjaga lingkungan, apalagi saat ini Kotim sudah masuk dalam masa rawan,” pungkasnya. (ri)