Beruang Madu Rusak Puluhan Pohon Sawit Warga Bapanggang Raya

Seroang warga menunjukan tanaman pohon sawitnya yang dirusak beruang, Minggu (20/7/2025). (Foto: Ist)
TINTABORNEO.COM, Sampit – Seekor beruang madu dilaporkan merusak puluhan pohon sawit milik warga di Desa Bapanggang Raya, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Satwa dilindungi tersebut diduga telah berada di kawasan itu selama lebih dari sepekan.
Informasi awal disampaikan oleh Kepala Desa Bapanggang Raya, Syahbana, kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit, Jumat (18/7/2025). Menindaklanjuti laporan itu, tim BKSDA langsung turun ke lokasi keesokan harinya.
”Akses menuju titik lokasi cukup sulit, sebagian besar harus dilalui dengan sepeda motor. Area kerusakan berada di kebun sawit dan karet milik warga,” kata Kepala Pos BKSDA Sampit, Muriansyah, Minggu (20/7/2025).
Dalam observasi tersebut, tim bertemu dengan Nawi, warga pemilik kebun yang terdampak. Ia mengaku sebanyak tujuh batang sawitnya rusak parah, termasuk bagian umbut yang habis dimakan. Kebun milik ayahnya yang berjarak 40 meter juga mengalami kerusakan pada sekitar 40 batang pohon sawit.
”Semua pohon yang rusak memperlihatkan bekas cakaran dan gigitan pada bagian umbut. Berdasarkan jejak dan pola kerusakan, diduga kuat pelakunya seekor beruang madu remaja,” jelas Muriansyah.
Dari temuan di lapangan, serangan beruang tersebut diperkirakan telah berlangsung antara tujuh hingga sepuluh hari sebelum petugas tiba. Sebagai langkah antisipatif, BKSDA meminta warga untuk tetap tenang dan segera melapor jika hewan itu kembali muncul.
”Kami imbau masyarakat untuk tetap waspada, namun tidak bertindak sendiri. Satwa ini termasuk dilindungi, jadi perlu penanganan yang sesuai,” ujarnya.
BKSDA juga siap menindaklanjuti dengan pemasangan perangkap apabila aktivitas satwa tersebut kembali terpantau. Fenomena kemunculan satwa liar seperti beruang dan orangutan ke kebun dan permukiman warga memang kerap terjadi di Kotim, terutama saat musim kemarau, ketika hewan-hewan tersebut kesulitan mencari makan di habitat aslinya. (ri)