Baamang Butuh Tambahan Fasilitas Depo Sampah
TINTABORNEO.COM, Sampit – Ketimpangan jumlah depo sampah antara Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang menjadi sorotan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Kondisi ini dinilai menjadi salah satu pemicu utama penumpukan sampah yang kerap dikeluhkan warga Baamang.
Dari total delapan depo yang ada di Kota Sampit, tujuh berada di wilayah Ketapang. Sementara Baamang, yang juga merupakan kawasan padat penduduk, hanya memiliki satu depo, yakni di belakang SMPN 3 Sampit.
“Dengan hanya satu depo, kapasitasnya jelas tidak cukup menampung sampah harian warga Baamang. Idealnya perlu dua depo tambahan agar distribusi lebih merata,” ujar Kepala DLH Kotim, Marjuki.
Minimnya fasilitas ini juga berdampak saat terjadi keterlambatan pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di kilometer 14 Jalan Jenderal Sudirman. Akibatnya, tumpukan sampah di depo tak terhindarkan dan menimbulkan bau tidak sedap.
Bahkan sempat muncul wacana penutupan depo karena dianggap mengganggu lingkungan. Namun DLH dengan tegas menolak opsi tersebut.
“Menutup depo bukan solusi. Kalau itu dilakukan, bisa-bisa sampah dibuang sembarangan atau ke sungai. Kita justru harus memperbaiki sistemnya,” tegas Marjuki.
Sebagai langkah cepat, DLH mulai menerapkan pengawasan ketat. Beberapa titik depo kini telah dipasangi CCTV, termasuk di Jalan Pelita, Jalan Sampurna, dekat Bintang Swalayan, hingga sekitar SMPN 3. Marjuki mengaku bisa memantau kondisi di lapangan langsung dari ponselnya.
“Kami juga ubah sistem pengawasan. Petugas sekarang stand-by di depo, bukan di kantor. Jadi kalau ada masalah bisa langsung ditindak,” jelasnya.
Upaya lain yang sedang ditempuh adalah optimalisasi armada angkut, penambahan personel lapangan, serta pengaturan jam buang sampah agar tidak menumpuk pada satu waktu. DLH juga terus berkoordinasi dengan pengangkut sampah swadaya untuk mempercepat alur pembuangan ke TPA.
Meski pembangunan depo tambahan belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat karena keterbatasan anggaran, Marjuki berharap solusi jangka panjang tetap bisa dijalankan secara bertahap.
“Kita optimalkan dulu yang ada, termasuk mendorong masyarakat memilah sampah dari rumah. Ini langkah kecil, tapi dampaknya besar,” pungkasnya. (dk)