Alkes Canggih RSUD dr Murjani Belum Berfungsi, Ternyata Ini Penyebabnya

|
<p>Plt Direktur RSUD dr Murjani Sampit, dr Yulia Nofiany saat diwawancarai, belum lama ini. (Foto: Apri)</p>

Plt Direktur RSUD dr Murjani Sampit, dr Yulia Nofiany saat diwawancarai, belum lama ini. (Foto: Apri)


TINTABORNEO.COM, Sampit – Sejumlah alat kesehatan (alkes) canggih yang dimiliki RSUD dr Murjani Sampit hingga kini belum dapat difungsikan secara optimal. Penyebabnya bukan karena kerusakan, melainkan karena belum tersedia sumber daya manusia (SDM) yang tersertifikasi untuk mengoperasikan peralatan berteknologi tinggi tersebut.

Plt Direktur RSUD dr Murjani Sampit, dr Yulia Nofiany, menjelaskan bahwa untuk menjalankan alkes berisiko tinggi, tidak cukup hanya mengandalkan tenaga medis yang ada. Diperlukan petugas khusus yang memiliki kompetensi dan sertifikasi resmi dari lembaga yang diakui.

“Tidak semua alat kesehatan bisa langsung kita operasionalkan. Terutama alat canggih yang berisiko tinggi dan itu harus dijalankan oleh operator bersertifikasi,” ujar dr Yulia, Sabtu (5/7/2025).

Salah satu alkes canggih yang belum dapat difungsikan adalah alat diagnostik sketles yang dibeli pada 2019 lalu. Meski unit fisik sudah tersedia, alat tersebut belum bisa digunakan karena terkendala ketersediaan SDM yang sesuai.

“Kita tidak bisa sembarangan mengoperasikan. Harus ada syarat minimal dari Kementerian Kesehatan, yaitu SDM dengan sertifikasi khusus,” tegasnya.

Lebih lanjut, dr Yulia menyebutkan bahwa bahkan dokter spesialis sekalipun, seperti spesialis penyakit dalam dengan keahlian SPKKP, belum tentu langsung bisa menjadi operator. Mereka tetap harus menjalani pelatihan lanjutan atau fellowship intervensi selama satu tahun untuk memperoleh sertifikasi resmi.

Hal serupa juga berlaku untuk dokter spesialis lain seperti jantung, radiologi, bedah vaskular, hingga neurologi. Pihak rumah sakit saat ini tengah menyekolahkan beberapa dokter untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

“Spesialis bedah vaskular kami sekolahkan di Universitas Diponegoro, dan untuk spesialis neurologi sedang mengikuti pelatihan intervensi selama satu tahun di Makassar,” tambahnya.

dr Yulia juga menjawab beberapa pertanyaan publik terkait alkes yang tampak “mangkrak”. Ia menegaskan bahwa kondisi tersebut bukan karena kelalaian, melainkan bagian dari proses standarisasi medis nasional yang memang ketat dan harus diikuti.

“Jadi bukan karena alatnya rusak atau terbengkalai, tapi karena kami menunggu SDM yang memenuhi syarat. Ini penting untuk keselamatan pasien dan standar pelayanan,” tutupnya. (ri)