Wabup Kotim Geram Camat Tak Hadir Saat Diskusi Penting Soal Stunting

|
<p>Wabup Kotim, Irawati saat memimpin diskusi dalam acara rembuk stunting, di Ballroom Wella Hotel Sampit, Jumat (20/6/2025). </p>

Wabup Kotim, Irawati saat memimpin diskusi dalam acara rembuk stunting, di Ballroom Wella Hotel Sampit, Jumat (20/6/2025). 


TINTABORNEO.COM, Sampit – Wakil Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Irawati, mengungkapkan kekecewaannya terhadap sejumlah camat yang tidak hadir dalam sesi diskusi penting usai peluncuran aplikasi SILARAS (Sistem Laporan Raport Dapur Sehat Atasi Stunting). Padahal, diskusi tersebut dipimpin langsung oleh Wabup sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Kotim.

Menurut Irawati, para camat memang sempat hadir saat Bupati Kotim, Halikinnor, secara resmi membuka acara rembuk stunting dan meluncurkan aplikasi tersebut. Namun, ketika memasuki sesi diskusi yang substansial, justru banyak yang memilih pulang lebih dulu.

“Hanya Camat Cempaga yang bertahan. Padahal, Camat Kota Besi yang wilayahnya memiliki angka stunting tertinggi, justru tidak mengikuti diskusi dengan alasan ada rapat lain,” ujar Irawat saat acara diskusi, Jumat (20/6/2025). 

Ia menegaskan bahwa camat memiliki peran krusial dalam menanggulangi stunting di wilayahnya masing-masing. Tidak hanya sekadar hadir dalam acara seremonial, tetapi juga harus aktif mengoordinasikan program, mengedukasi masyarakat, serta memastikan layanan kesehatan dan gizi berjalan maksimal.

“Camat itu ujung tombak. Mereka harus tahu kondisi lapangan, dorong kolaborasi lintas sektor, dan yang penting, paham bagaimana menggerakkan masyarakat,” tambahnya.

Irawati juga menyoroti lemahnya inovasi penanganan stunting di tingkat kecamatan dan desa. Ia berharap camat dan kepala desa, terutama para ibu camat dan ibu kepala desa, bisa lebih terlibat aktif. Salah satu contoh dukungan yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan reward untuk posyandu terbaik. 

“Kalau kita buat masyarakat senang datang ke posyandu, mereka tidak akan mengira itu tempat untuk anak sakit saja. Sosialisasi itu penting. Kita harus ubah pola pikir,” tegasnya.

Irawati menambahkan, agenda rembuk stunting akan tetap dilanjutkan di masing-masing kecamatan. Ia akan mengirimkan surat langsung kepada camat sebagai bentuk komitmen, sekaligus memastikan keterlibatan mereka secara aktif dalam penanganan stunting.

Selain itu, Ironisnya, data stunting yang akan digunakan Pemkab Kotim dalam penilaian mendatang masih merupakan data lama. Hal ini berisiko menimbulkan kesan bahwa tidak ada penurunan angka stunting, padahal upaya terus dilakukan di lapangan.

“Ini sangat disayangkan, tadi juga saya sudah minta dengan pak Kadinkes untuk menyiapkan data terbarunya dalam satu minggu ini, tapi pak Kadis menyampaikan tidak bisa, ya mau bagaimana lagi beginilah situasinya saat ini,” tandasnya. (ri)